22.11.2014 Views

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

2. Kosalasaṃyutta (153)<br />

“Bagi seseorang yang telah dilahirkan, Baginda, tidak ada hal lain<br />

[yang dapat diharapkan] selain usia-tua dan kematian. Bahkan bagi<br />

para khattiya kaya-raya—kaya, dengan harta dan kekayaan berlimpah,<br />

dengan emas dan perak berlimpah, harta dan komoditi berlimpah,<br />

kekayaan dan hasil panen berlimpah—karena mereka telah terlahir,<br />

tidak ada hal lain [yang dapat diharapkan] selain usia-tua dan kematian.<br />

Bahkan bagi para brahmana kaya-raya … perumah tangga kaya-raya—<br />

kaya … dengan kekayaan dan hasil panen berlimpah—karena mereka<br />

telah terlahir, tidak ada hal lain [yang dapat diharapkan] selain<br />

usia-tua dan kematian. Bahkan bagi para bhikkhu yang adalah para<br />

Arahanta, yang noda-nodanya telah dihancurkan, yang telah menjalani<br />

kehidupan suci, telah melakukan apa yang harus dilakukan, melepaskan<br />

beban, mencapai tujuan mereka, secara total menghancurkan<br />

belenggu kehidupan, dan sepenuhnya terbebas melalui pengetahuan<br />

tertinggi: bahkan bagi mereka, jasmani ini mengalami kehancuran,<br />

akan dibaringkan.” 206<br />

384. “Kereta indah para raja menjadi usang,<br />

Jasmani ini juga mengalami kelapukan.<br />

Tetapi Dhamma yang baik tidak lapuk:<br />

Demikianlah yang baik menyatakan yang baik.” 207<br />

4 (4) Kekasih<br />

Di Sāvatthī. Sambil duduk di satu sisi, Raja Pasenadi dari Kosala<br />

berkata kepada Sang Bhagavā: “Di sini, Yang Mulia, sewaktu aku<br />

sendirian dalam pengasingan, sebuah perenungan muncul dalam<br />

pikiranku: ‘Siapakah sekarang yang memperlakukan diri mereka<br />

sebagai kekasih, dan siapakah yang memperlakukan diri mereka<br />

sebagai musuh?’ Kemudian, Yang Mulia, aku berpikir: ‘Mereka yang<br />

melibatkan diri dalam perbuatan buruk melalui jasmani, ucapan, dan<br />

pikiran memperlakukan diri mereka sebagai musuh. Bahkan walaupun<br />

mereka mungkin mengatakan, “Kami menganggap diri kami sebagai<br />

kekasih,” namun mereka memperlakukan diri mereka sebagai musuh.<br />

Karena alasan apakah? [72] Karena atas kehendak mereka sendiri,<br />

mereka memperlakukan diri mereka dengan cara yang sama seperti<br />

seseorang memperlakukan orang yang ia musuhi; oleh karena itu,

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!