22.11.2014 Views

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

(394) 1. Buku dengan Syair (Sagāthāvagga)<br />

102.<br />

103.<br />

104.<br />

105.<br />

pula, pandangan benar vipassanā membersihkan jalan dengan<br />

merenungkan kelompok-kelompok kehidupan, dan lain-lain, sebagai<br />

tidak kekal, dan seterusnya, dan kemudian pandangan benar<br />

sang jalan (magga-sammādiṭṭhī) memunculkan pemahaman<br />

sepenuhnya akan lingkaran kehidupan.<br />

Dalam v. 150c saya membaca akūjano dengan Be dan Ee2, dan<br />

bukannya akujano dalam Se dan Ee1. Geiger menurunkan akujano<br />

dari kujati, “dibelokkan” (Terjemahan Jerman, P. 51, n. 3) tetapi<br />

baca Ja VI 252, 20, di mana “kereta jasmani” dijelaskan sebagai<br />

vācāsaññamakūjano, “tidak bergemeretak dengan pengendalian<br />

ucapan”, yang mendukung tulisan dan terjemahan di sini. Perumpamaan<br />

yang diperluas harus dibandingkan dengan yang<br />

terdapat pada brahmayāna, kendaraan surgawi, pada 45:4, baca<br />

juga perumpamaan kereta yang diperluas pada Ja VI 252:53.<br />

Spk: Setelah menyelesaikan khotbah (syair), Sang Buddha mengajarkan<br />

Empat Kebenaran Mulia, dan di akhir khotbah itu, deva<br />

itu mencapai Buah Memasuki-Arus; makhluk-makhluk lainnya<br />

yang hadir di sana mencapai buah yang sesuai dengan kondisi<br />

pendukung mereka.<br />

Spk menjelaskan semua ini sebagai persembahan kepada Saṅgha.<br />

Taman-taman (ārāma) dibedakan dengan tanaman pohon bunga<br />

dan buah-buahan, sedangkan hutan (vana) adalah sekumpulan<br />

pepohonan liar. Papa dikemas sebagai suatu tempat berteduh<br />

untuk memberikan air minum.<br />

Syair-syair ini diucapkan oleh Anāthapiṇḍika, penyokong utama<br />

Sang Buddha, setelah ia terlahir kembali di alam Surga Tusita.<br />

Muncul kembali di bawah, dengan prosa, pada 2:20.<br />

Anāthapiṇḍika khususnya sangat berbakti kepada Sāriputta,<br />

yang membabarkan khotbah kepadanya ketika ia berada di ranjang<br />

kematiannya: baca MN No. 143, yang juga memasukkan kisah<br />

yang sama dari kunjungan si penyokong besar setelah kematiannya<br />

ke Hutan Jeta.<br />

Spk: Paling jauh hanya bisa menyamainya (etāvaparamo siyā):<br />

Tidak ada bhikkhu, bahkan tidak ada dari mereka yang telah<br />

mencapai Nibbāna, yang melampaui Bhikkhu Sāriputta (na therena<br />

uttaritaro nāma atthi).

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!