22.11.2014 Views

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

(50) 1. Buku dengan Syair (Sagāthāvagga)<br />

3. Kosalasaṃyutta<br />

Bab ini memperkenalkan kita pada Raja Pasenadi dari Kosala. Menurut<br />

naskah-naskah Buddhis, Pasenadi sangat berbakti pada Sang Buddha<br />

dan sering memohon nasihat dari Beliau, walaupun tidak tercatat<br />

bahwa ia mencapai tingkat kesucian tertentu (dan demikianlah tradisi<br />

Sri Lanka pada masa pertengahan meyakini bahwa ia adalah seorang<br />

bodhisatta, yang tidak mencapai pencerahan apa pun agar ia dapat<br />

terus memenuhi kesempurnaan yang memuncak pada Kebuddhaan).<br />

Pasenadi dibawa menghadap Sang Buddha oleh istrinya, Ratu Mallikā,<br />

yang baktinya kepada Sang Buddha telah membuatnya tersinggung<br />

sebelumnya. Kisah tentang bagaimana Mallikā meyakinkannya akan<br />

kebijaksanaan Sang Buddha dijelaskan dalam MN No.87; MN No.89<br />

menggambarkan kepada kita kisah berlanjut dari pertemuan Sang Raja<br />

dengan Sang Guru ketika mereka berdua berusia delapan puluhan.<br />

Sutta pertama dari Kosalasaṃyutta jelas mencatat pertemuan pertama<br />

Pasenadi dengan Sang Bhagavā, setelah keyakinannya dibangkitkan<br />

oleh siasat Mallikā. Di sini Sang Buddha digambarkan sebagai masih<br />

muda, dan ketika Sang Raja mempertanyakan bagaimana mungkin<br />

seorang petapa muda dapat tercerahkan sempurna, Sang Buddha<br />

menjawab dengan serangkaian syair yang melenyapkan keragu-raguan<br />

Sang Raja dan menginspirasinya untuk menerima perlindungan.<br />

Tidak seperti kedua saṃyutta pertama, yang ini menyertakan prosa<br />

latar belakang yang penting pada syair-syair, dan sering kali bait-bait<br />

itu hanya mengulangi inti khotbah Sang Buddha secara berirama.<br />

Walupun topik yang dibahas tidak mendalam secara khusus, namun<br />

selaras dengan umat awam yang sibuk yang menghadapi tantangan<br />

yang sulit dalam menjalani kehidupan bermoral di dunia. Yang secara<br />

khusus layak diperhatikan adalah penekanan yang diberikan pada<br />

pentingnya untuk tidak meninggalkan jalan moralitas di tengah-tengah<br />

godaan duniawi. Beberapa sutta (3:4, 5) menunjukkan betapa mudahnya<br />

terjatuh dari standar kebaikan, khususnya dalam masa seperti Sang<br />

Buddha ketika, seperti pada masa sekarang, persaingan ketat dalam<br />

mengejar kekayaan, posisi, dan kekuasaan mengesampingkan nilainilai<br />

etika. Pertolongan bagi godaan ini adalah ketekunan (appamāda),<br />

dan ketika Sang Buddha memuji ketekunan pada Sang Raja, kata-kata

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!