22.11.2014 Views

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

(54) 1. Buku dengan Syair (Sagāthāvagga)<br />

Therīgāthā terbukti disampaikan oleh beberapa pembaca yang berbeda,<br />

adalah mudah sekali syair-syair tersebut terputus dari kisah narasi<br />

aslinya dan bergabung dengan kisah latar belakang yang berbeda oleh<br />

penulis lainnya.<br />

Seluruh sepuluh sutta dibangun menurut pola yang sama,<br />

perseteruan langsung antara Māra dengan bhikkhunī tertentu. Struktur<br />

ini mungkin disebabkan karena penempatan Bhikkhunīsaṃyutta yang<br />

segera setelah Mārasaṃyutta. Masing-masing sutta dalam koleksi<br />

ini dimulai dengan seorang bhikkhunī yang melewatkan hari dalam<br />

keterasingan meditasi. Kemudian Māra mendatanginya dengan sebuah<br />

tantangan – suatu pertanyaan provokatif atau celaan – bermaksud<br />

untuk menjatuhkannya dari konsentrasi. Apa yang tidak diketahui<br />

oleh Māra adalah bahwa semua bhikkhunī itu adalah Arahanta yang<br />

telah melihat dengan begitu mendalam ke dalam kebenaran Dhamma<br />

sehingga tidak terjebak oleh muslihatnya. Bukannya kebingungan<br />

akan tantangan Māra, Sang Bhikkhunī seketika menebak identitas<br />

lawannya dan menjawab tantangan itu dengan jawaban tajam.<br />

Dalam suatu dialog antara Raja Indriawi dengan seorang bhikkhunī<br />

yang menyendiri seseorang mungkin mengharapkan bahwa pada tiaptiap<br />

pembukaan oleh Māra adalah bertujuan sebagai godaan seksual.<br />

Akan tetapi, ini hanya terjadi dalam beberapa sutta. Tema sesungguhnya<br />

dari percakapan ini sangat bervariasi dan mengungkapkan kepada<br />

kita akan sudut pandang luas akan sikap dan pandangan terang<br />

dari kehidupan melepaskan keduniawian. Perbedaan nyata antara<br />

kenikmatan dan penderitaan dari kenikmatan indria adalah tema<br />

dari 5:1, 4 dan 5. dalam seluruh tiga kasus para bhikkhunī dengan<br />

tajam mencela Māra dengan syair-syair yang mengungkapkan<br />

ketidaktertarikan mereka atas permohonannya.<br />

Dialog Māra dengan Somā (5:2) menyuarakan anggapan India<br />

kuno bahwa perempuan memiliki “hanya kebijaksanaan dua jari”<br />

dan karena itu tidak dapat mencapai Nibbāna. Jawaban Somā adalah<br />

peringatan keras bahwa pencerahan tidak bergantung pada jenis<br />

kelamin melainkan pada kapasitas batin akan konsentrasi dan<br />

kebijaksanaan, kualitas-kualitas yang dapat dimiliki oleh siapa pun<br />

yang dengan sungguh-sungguh ingin menembus kebenaran. Dalam 5:3,<br />

Māra mendatangi Kisāgotamī, seorang pahlawan dari kisah biji sawi

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!