22.11.2014 Views

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

(476) 1. Buku dengan Syair (Sagāthāvagga)<br />

luarga rendah atau keluarga mulia, seorang Arahanta adalah<br />

berdarah murni—teguh, terkendali oleh rasa malu.” Sehubungan<br />

dengan hal ini, baca argumen dalam MN II 129-30, 151-53.<br />

449. Spk menjelaskan seorang yang telah mencapai pengetahuan akhir<br />

(vedāntagū) dalam pāda b sebagai berikut: “Seorang yang telah<br />

pergi hingga ke akhir dari empat jalan pengetahuan, atau seorang<br />

yang telah pergi hingga ke akhir kekotoran melalui empat<br />

jalan pengetahuan” (catunnaṃ maggavedānaṃ antaṃ, catūhi<br />

vā maggavedehi kilesānaṃ antaṃ gato). Jelas, Sang Buddha di sini<br />

dengan sengaja menggunakan terminologi i brahmanis untuk menyesuaikan<br />

Dhamma terhadap watak batin brahmana tersebut.<br />

450. Spk: Mengapa Beliau mengatakan hal ini? Dikatakan bahwa keti-<br />

ka brahmana itu mempersembahkan makanan kepada Sang Buddha,<br />

para deva dari empat penjuru, dan lain-lain, menambahkan<br />

bahan nutrisi (ojā) yang dihasilkan melalui kekuatan surgawi<br />

mereka. Dengan demikian, menjadi sangat halus. Terlalu halus<br />

bagi sistem pencernaan kasar dari manusia biasa untuk mencerna<br />

dengan baik; namun, karena makanan tersebut berbentuk<br />

materi kasar, juga terlalu kasar bagi para deva untuk mencernanya.<br />

Bahkan para Arahanta berpandangan terang-tanpa jhāna<br />

tidak dapat mencernanya. Hanya para Arahanta yang memiliki<br />

delapan pencapaian meditatif yang dapat mencernanya dengan<br />

kekuatan pencapaian mereka, sedangkan Sang Buddha dapat<br />

mencernanya dengan kekuatan pencernaan alami-Nya.<br />

451. Spk: Ini tidak muncul melalui kekuatan makanan itu sendiri<br />

tetapi melalui kekuatan Sang Buddha. Sang Buddha melakukan<br />

tekad demikian sehingga brahmana itu berkeinginan untuk<br />

mendengarkan Dhamma.<br />

452. Khāribhāra, “beban bahu”, adalah alat untuk membawa barangbarang<br />

yang umum digunakan di Asia Selatan, terdiri dari dua<br />

wadah yang masing-masing diikatkan pada ujung galah yang<br />

dipikul di bahu.<br />

Spk: “Keangkuhan, o, Brahmana, adalah beban bahumu: ketika<br />

beban bahu dibawa, dalam setiap langkah berat beban mengakibatkan<br />

wadah bersentuhan dengan tanah; demikian pula,

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!