22.11.2014 Views

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

1. Devatāsaṃyutta: Catatan Kaki (373)<br />

Vism 329,22-24; Ppn 10:16). Persepsi bentuk (rūpasaññā) memiliki<br />

daerah yang lebih luas, termasuk juga persepsi bentuk yang<br />

terlihat dalam jhāna-jhāna [Spk-pṭ: persepsi bentuk dari kasiṇatanah,<br />

dan lain-lain]. Spk menjelaskan bahwa yang pertama<br />

menyiratkan kehidupan alam-indria, yang terakhir, kehidupan<br />

alam-berbentuk, dan gabungan keduanya menyiratkan kehidupan<br />

alam tanpa-bentuk, dengan demikian mencakup tiga alam<br />

kehidupan.<br />

Di sinilah kekusutan ini dipotong. Kekusutan ini dipotong, dalam<br />

pengertian bahwa lingkaran dengan tiga alamnya terhenti. Terpotong<br />

dan lenyap dalam ketergantungan pada Nibbāna.<br />

47. Tulisan pāda b berbeda. Saya mengikuti Se dan Ee2, mano yatattam<br />

āgatam, bukannya Be na mano saṃyatattam āgataṃ.<br />

Spk: Deva ini menganut pandangan bahwa seseorang harus<br />

mengendalikan setiap kondisi pikirannya; apakah bermanfaat<br />

atau tidak, apakah lokiya atau lokuttara, pikiran harus dikendalikan,<br />

bukan dimunculkan. [Spk-pṭ: Ia percaya bahwa setiap<br />

kondisi pikiran membawa penderitaan dan bahwa kondisi tidak<br />

sadar adalah lebih baik.] Sang Buddha mengucapkan balasan untuk<br />

menunjukkan bahwa harus dibedakan antara pikiran yang<br />

harus dikendalikan dan pikiran yang harus dikembangkan. Baca<br />

35:205 (IV 195, 15-30), di mana Sang Buddha memberikan nasihat<br />

untuk mengendalikan pikiran (tato cittaṃ nivāraye) dari objek-objek<br />

yang memunculkan kekotoran.<br />

48. Spk: Deva ini, yang menetap di hutan, mendengar bhikkhu hutan<br />

itu menggunakan ungkapan “aku makan, aku duduk, mangkukku,<br />

jubahku,” dan sebagainya. Berpikir, “Aku pikir para bhikkhu<br />

ini adalah para Arahanta, a, tetapi dapatkah para Arahanta a berbi-<br />

cara dengan cara yang menyiratkan kepercayaan pada diri?”, ia<br />

mendatangi Sang Buddha dan mengajukan pertanyaan ini.<br />

49. Vohāramattena so vohareyya. Spk: “Walaupun para Arahanta a te-<br />

lah meninggalkan pembicaraan yang menyiratkan kepercayaan<br />

akan diri, mereka tidak melanggar khotbah biasa dengan mengatakan,<br />

‘kelompok-kelompok unsur yang makan, kelompokkelompok<br />

unsur duduk, mangkuk milik kelompok-kelompok

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!