22.11.2014 Views

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

1. Devatāsaṃyutta: Catatan Kaki (365)<br />

33.<br />

hikkhuan), tetapi Samiddhi berkeras bahwa ia tidak akan meninggalkan<br />

kehidupan kebhikkhuan demi kepuasan kenikmatan<br />

indria.<br />

Spk: Devatā itu membicarakan waktu sehubungan dengan<br />

waktu muda, ketika seseorang masih mampu menikmati kenikmatan<br />

indria. Dalam pāda b dari jawabannya, Samiddhi membicarakan<br />

sehubungan dengan waktu kematian (maraṇakāla),<br />

yang tersembunyi (channa) dalam hal bahwa seseorang tidak pernah<br />

tahu kapan kematian akan datang. Dalam pāda d, , ia merujuk<br />

pada waktu untuk mempraktikkan tugas seorang petapa<br />

(samaṇadhammakaraṇakāla), karena adalah sulit bagi seorang<br />

yang berusia lanjut untuk mempelajari Dhamma, mempraktikkan<br />

latihan keras, berdiam di hutan, dan mengembangkan pencapaian<br />

dalam meditasi. Kata vo dalam pāda a hanyalah sekedar<br />

menyatakan sesuatu yang tidak menurun (nipātamatta).<br />

Pada 4:21, Māra memberikan nasihat yang sama kepada sekelompok<br />

bhikkhu muda, yang menjawab dengan kata-kata yang<br />

sama dengan yang diucapkan oleh Samiddhi. Penjelasan Sang<br />

Buddha akan bahaya dalam kenikmatan indria dapat ditemukan<br />

dalam MN I 85-87, 364-67, 506-8, dan di tempat-tempat<br />

lain. Jawaban Samiddhi mengulangi syair standar penghormatan<br />

kepada Dhamma, dengan hanya mengabaikan sebutan pertama<br />

(“dibabarkan sempurna”), yang tidak relevan di sini. Spk<br />

menginterpretasikan karakter Dhamma “segera” atau “tanpa<br />

waktu” (akālika) dengan ajaran Abhidhamma bahwa buah (phala)<br />

muncul segera setelah sang jalan (magga), namun gagasan ini<br />

sepertinya terlalu sempit untuk konteks ini, di mana penekanannya<br />

adalah antara manfaat Dhamma yang segera dan kenikmatan-indria<br />

yang “menghabiskan waktu”. Lebih jauh mengenai<br />

akālika, baca II, n. 103.<br />

Beberapa kata diperlukan dalam penjelasan atas terjemahan<br />

saya atas kata opanayika sebagai “dapat diterapkan”, yang<br />

berangkat dari terjemahan biasa “mengarah ke depan.” CPD<br />

menunjukkan bahwa “konteks di mana [kata] ini muncul jelas<br />

menunjukkan bahwa kata itu tidak mungkin dalam pengertian<br />

aktif ‘mengarah’ … tetapi lebih tepat diinterpretasikan sebagai

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!