22.11.2014 Views

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

4. Mārasaṃyutta: Catatan Kaki (443)<br />

keinginan adalah lima utas kenikmatan indria. Oleh karena itu,<br />

dikatakan bahwa lima utas kenikmatan indria—kondisi bagi<br />

keinginan—adalah sumber penderitaan. Ketika seorang yang<br />

telah memahami sepenuhnya kenyataan melihat penderitaan<br />

sebagaimana adanya dengan mata kebijaksanaan, dan melihat<br />

untaian kenikmatan indria sebagai sumbernya, tidak ada alasan<br />

baginya untuk condong pada kenikmatan indria.<br />

302. Spk: “Tongkat kayu udumbara, agak bengkok, adalah untuk<br />

menunjukkan bahwa ia memiliki sedikit keinginan<br />

(appicchabhāva, moralitas seorang petapa).” Dalam pengorbanan<br />

Veda, kayu udumbara digunakan untuk segala jenis keperluan<br />

upacara; tiang pengorbanan, sendok, dan jimat dibuat dari kayu<br />

ini (Macdonnell dan Keith, Vedic Index, s.v. udumbara).<br />

303. Baca 1:20. Di sini, Māra muncul sebagai pendukung gagasan<br />

brahmana bahwa meninggalkan keduniawian (sannyāsa) harus<br />

ditunda hingga seseorang telah menikmati kehidupan rumah<br />

tangga sepenuhnya. Mengenai bagaimana para bhikkhu muda,<br />

anak laki-laki “dalam usia kehidupan yang prima, yang belum<br />

bermain-main dengan kenikmatan indria”, dapat menjalani<br />

kehidupan suci tanpa dikuasai oleh kenikmatan indria, baca<br />

35:127.<br />

304. Ini adalah isyarat keputusasaan. Daṇḍapāṇi orang Sakya digambarkan<br />

dalam istilah yang sama pada MN I 109,1-2.<br />

305. Samiddhi telah muncul pada 1:20.<br />

306. Seperti pada 4:17; baca n. 291.<br />

307. Syair ini = Th 46, syair tunggal Samiddhi. Saya memahami buddhā<br />

dalam pāda b sebagai variasi ejaan vuḍḍhā (tulisan pada Th 46),<br />

walaupun Spk mengemas buddhā di sini sebagai ñātā, yang mana<br />

Spk-pṭ menambahkan: Tā ariyamaggena jānanasamatthanabhāvena<br />

avabuddhā; “Mereka telah memahami jalan mulia melalui kapasitasnya<br />

untuk pengetahuan.”<br />

308. Kisah Godhika diceritakan pada Dhp-a I 431-33; baca BL 2:90-<br />

91. Spk menjelaskan sāmayika cetovimutti, “kebebasan batin sementara”,<br />

pencapaian meditatif lokiya (lokiya-samāpatti), yaitu<br />

jhāna-jhāna dan pencapaian tanpa bentuk, disebut demikian

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!