22.11.2014 Views

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

1. Devatāsaṃyutta: Catatan Kaki (393)<br />

ini, ia meninggal dunia karena masuk angin dan seketika terlahir<br />

kembali di alam Surga Tāvatiṃsa di tengah-tengah sekelompok<br />

bidadari surgawi (accharā). Perubahan itu begitu cepat<br />

sehingga ia bahkan tidak mengetahui bahwa ia telah meninggal<br />

dunia dan berpikir bahwa ia masih seorang bhikkhu. Para bidadari<br />

mencoba untuk merayunya, tetapi ia menolak cinta mereka<br />

dan berusaha untuk melanjutkan meditasinya. Akhirnya, ketika<br />

para bidadari itu membawakan cermin untuknya, ia menyadari<br />

bahwa ia telah terlahir kembali menjadi deva, tetapi ia berpikir:<br />

“Aku tidak mempraktikkan tugas-tugas seorang petapa agar<br />

terlahir kembali di sini, tetapi untuk mencapai tujuan tertinggi<br />

Kearahatan.” Kemudian, dengan moralitasnya yang masih tidak<br />

berubah, dikelilingi oleh para bidadari, ia mendatangi Sang Buddha<br />

dan mengucapkan syair pertama.<br />

Syair itu berputar di sekitar permainan kata antara Nandana,<br />

taman kegembiraan, dan Mohana, taman kebodohan. Taman itu<br />

“diramaikan oleh gema sekumpulan bidadari” karena para bidadari<br />

itu bernyanyi dan bermain musik. Spk menyusun pertanyaan<br />

berdasarkan maksudnya: “Ajari saya meditasi pandangan<br />

terang, yang merupakan landasan untuk mencapai Kearahatan.”<br />

101. Spk: Jalan mulia berfaktor delapan disebut jalan lurus ( ujuko<br />

maggo) karena tidak ada perilaku jasmani, dan lain-lain yang<br />

berbelok-belok. Tujuannya, Nibbāna, dikatakan tanpa-ketakutan<br />

karena tidak ada yang perlu ditakuti di dalamnya dan karena<br />

tidak ada ketakutan dalam diri seseorang yang telah mencapainya.<br />

Tidak seperti kereta yang sesungguhnya, yang bergemeretak<br />

dan merengek jika porosnya tidak dilumasi atau ketika dinaiki<br />

oleh terlalu banyak orang, jalan delapan tidak bergemeretak atau<br />

merengek (na kūjati na viravati) bahkan jika dinaiki oleh 84.000<br />

orang secara bersamaan. Kereta itu adalah jalan delapan, dan<br />

roda-roda kondisi baik (dhammacakka) adalah usaha jasmani dan<br />

batin. “Dhamma” yang disebut kusir adalah jalan lokuttara, dengan<br />

pandangan benar vipassanā (vipassanā-sammādiṭṭhi) berjalan di<br />

depan (purejava). Karena, bagaikan para pelayan raja yang pertama-tama<br />

membersihkan jalan sebelum dilalui raja, demikian

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!