22.11.2014 Views

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

(496) 1. Buku dengan Syair (Sagàthàvagga)<br />

menganggap bahwa ia melalaikan pelajaran dan meditasi dan<br />

melewatkan waktunya menggubah syair. Sang Guru ingin agar<br />

mereka mengetahui keunggulan dari kecerdasan spontannya.<br />

(paṭibhānasampatti).<br />

521. Spk: Arah menyimpang dari jalan Māra (ummaggapathaṃ Mārassa)<br />

merujuk pada kemunculan ratusan kekotoran, disebut jalan karena<br />

merupakan jalan menuju lingkaran kehidupan.<br />

Mengenai kemandulan batin (khila), baca n. 500. Dalam pāda<br />

d, saya bersama dengan Se dan Ee1 & 2 membaca asitaṃ bhāgaso<br />

pavibhajjaṃ. Spk mengemas sebagai pavibhajjaṃ mungkin suatu<br />

bentuk absolutif dengan penambahan –ṃ, dan Spk menyebutkan<br />

v. 1. pavibhajjam, sebuah absolutif yang jelas. Spk menuliskan:<br />

“Siapa yang menganalisa Dhamma melalui kelompok demikian<br />

sebagai pengokohan perhatian,” dan seterusnya. Penjelasan ini<br />

sepertinya tersusun dengan baik, namun sulit untuk menentukan<br />

makna aslinya.<br />

522. Dalam pāda c, Be membaca tasmiṃ ce dalam teks, sedangkan Ee2<br />

membaca tasmiṃ ca, yang tertulis dalam daftar kata dalam Spk<br />

(Be) tetapi tidak dalam teks; yang terakhir adalah tulisan dalam<br />

Th 1243. Norman, berdasarkan pada irama, menyarankan untuk<br />

memperbaiki yang terakhir ini menjadi tamhi ca atau tasmi[ṃ]<br />

ca. Se dan Ee1 membaca tasmiṃ te, yang tertulis dalam daftar<br />

kata pada Spk (Se). Spk mengemas dengan tasmiṃ tena akkhāte<br />

amate (yang disetujui Be dan Se). Karena di sini bentuk kata kerja<br />

akkhāsi dapat dianggap sebagai orang ke dua atau orang ke tiga,<br />

saya menerjemahkan dengan anggapan bahwa yang dimaksudkan<br />

adalah orang ke dua, yang selaras dengan carasi dalam syair<br />

sebelumnya. Th 1242 menulis carati, yang membenarkan terjemahan<br />

atas syair yang sama dalam tulisan itu sebagai orang ketiga.<br />

Saya juga menganggap te sebagai bentuk singkat dari taya<br />

daripada tena. Saya memahami klausa itu sebagai lokatif sejati<br />

daripada lokatif absolut dan menganggap “Keabadian” di sini<br />

sebagai bentuk ringkas “jalan menuju Keabadian” yang disinggung<br />

dalam pāda b. Ini mendapat dukungan dari Spk-pṭ, yang<br />

mengatakan: amate akkhāte ti amatāvahe dhamme desite, “’Dalam<br />

Keabadian dinyatakan’ berarti dalam Dhamma yang diajarkan<br />

(oleh-Mu) yang membawa Keabadian.”

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!