22.11.2014 Views

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

(36) Saṃyutta Nikāya<br />

āgamma), dengan sampai pada ini, maka terjadi kehancuran kekotoran<br />

dan kebebasan dari kehidupan yang terkondisi. Akan tetapi Nibbāna<br />

sendiri, tidak dapat disusutkan menjadi kedua peristiwa ini, yang dalam<br />

kenyataannya, peristiwa-peristiwa terkondisi terjadi pada waktunya.<br />

Atas interpretasi ini, kedua elemen Nibbāna dilihat sebagai tahaptahap<br />

dalam pencapaian penuh atas Nibbāna yang tidak terkondisi,<br />

bukan sekadar sebagai kedua peristiwa berbeda ini.<br />

Dalam buku ini saya tidak membiarkan nibbāna tanpa<br />

diterjemahkan, karena kata ini terlalu kaya dalam makna dan terlalu<br />

bertentangan dengan spesifikasi konseptual untuk dapat ditangkap<br />

dengan memuaskan oleh kata Bahasa Inggris apa pun yang diusulkan.<br />

Saya menerjemahkan parinibbāna sebagai “Nibbāna akhir,” Karena<br />

bentuk kata benda itu biasanya berarti wafatnya seorang Arahanta<br />

(atau Buddha), kebebasan akhir dari kehidupan yang terkondisi; akan<br />

tetapi, kadang-kadang, kata ini bermakna ganda, seperti dalam kalimat<br />

“Dhamma diajarkan oleh Sang Bhagavā demi mencapai Nibbāna<br />

akhir tanpa kemelekatan (anupādāparinibbānatthaṃ)” (IV 48,78), yang<br />

dapat berarti Nibbāna selagi masih hidup atau padamnya kehidupan<br />

sepenuhnya.<br />

Kata kerja parinibbāyati mungkin dapat diartikan menjadi “menibbāna-kan”<br />

yang paling mendekati kata Pāli, tetapi kata ini sangat<br />

menyimpang dari konvensi sekarang. Karena itu, jika kata kerja ini<br />

merujuk pada wafatnya Sang Buddha atau seorang Arahanta, maka saya<br />

menerjemahkannya sebagai “mencapai Nibbāna akhir,” tetapi jika kata<br />

ini menunjukkan padamnya kekotoran oleh seseorang yang mencapai<br />

pencerahan, saya menerjemahkannya hanya sebagai “mencapai<br />

Nibbāna.” Kita juga menemukan sebuah kata ganti orang, parinibbāyī,<br />

yang saya terjemahkan “seorang pencapai Nibbāṅa,” karena dapat<br />

ditafsirkan dalam salah satu maknanya. Dalam prosa bentuk lampau<br />

parinibbuta, yang digunakan sebagai suatu istilah doktrin, selalu<br />

muncul dengan merujuk pada seorang Arahanta yang telah wafat dan<br />

karena itu diterjemahkan sebagai “telah mencapai Nibbāna akhir.”<br />

Dalam syair, kata ini dapat berarti salah satu dari dua makna ini;<br />

jika menggambarkan seorang Arahanta yang masih hidup (atau Sang<br />

Buddha) saya menerjemahkannya secara lebih bebas sebagai “padam<br />

sepenuhnya.” Bentuk tanpa awalan nibbuta tidak selalu mengandung

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!