22.11.2014 Views

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

(508) 1. Buku dengan Syair (Sagāthāvagga)<br />

seperti air bekas mencuci daging. Setelah seminggu berikutnya,<br />

dari abbuda muncul pesī, yang menyerupai timah cair [Spk-pṭ:<br />

dalam bentuknya, tetapi berwarna merah muda]. Setelah seminggu<br />

berikutnya lagi, dari pesī muncul Ghana, yang berbentuk telur<br />

ayam. Pada minggu ke lima, dari Ghana keluar anggota tubuh:<br />

lima tonjolan muncul, tonjolan lengan, kaki, dan kepala. Tetapi<br />

rambut kepala, bulu badan, dan kuku belum ada hingga minggu<br />

keempat puluh tujuh.<br />

561. Spk: Yakkha ini, dikatakan adalah dari kelompok Māra<br />

(mārapakkhika-yakkha). Syairnya serupa dengan celaan Māra kepada<br />

Sang Buddha pada v. 474, dan jawaban Sang Buddha adalah<br />

pengulangan v. 475. Spk-pṭ menjelaskan intinya adalah bahwa<br />

belas kasihan dan simpati para bijaksana tidak ternoda oleh cinta<br />

duniawi.<br />

562. Spk mengemas vaṇṇena dengan kāraṇena (seperti pada v. 796c;<br />

baca n. 555), dan Spk-pṭ mengemas yena kena ci dengan gahaṭṭhena<br />

vā pabbajitena vā, “dengan perumah tangga atau seorang yang<br />

meninggalkan keduniawian”, dengan demikian memisahkannya<br />

dari vaṇṇena dan memperlakukannya sebagai ungkapan rujukan<br />

pribadi. Inti dari syair Sang Buddha adalah bahwa seorang bijaksana<br />

seharusnya tidak memberikan nasihat kepada orang lain<br />

jika ia beresiko menjadi melekat, tetapi ia boleh melakukannya<br />

demi belas kasihan jika batinnya telah murni dan simpatinya<br />

tidak ternoda oleh cinta duniawi.<br />

563. Sutta ini juga terdapat pada Sn II,5 (pp. 47-49) dan dikomentari<br />

pada Pj II 301-5. Nama yakkha ini berarti “Rambut-jarum”; ia disebut<br />

demikian karena tubuhnya diselimuti oleh bulu yang menyerupai<br />

jarum. Menurut Spk, ia adalah seorang bhikkhu pada<br />

masa Buddha Kassapa, tetapi tidak mampu mencapai tingkat apa<br />

pun. Pada masa Buddha Gotama, ia terlahir kembali sebagai yakkha<br />

di tempat pembuangan sampah di pintu gerbang Desa Gayā.<br />

Sang Buddha melihat bahwa ia berpotensi untuk mencapai tingkat<br />

jalan Memasuki-arus dan pergi ke kediamannya untuk mengajarkan<br />

kepadanya. Tempat kediamannya, hamparan òaṅkita,<br />

terbuat dari batu datar yang berdiri di atas empat batu lainnya.

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!