22.11.2014 Views

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

(52) 1. Buku dengan Syair (Sagāthāvagga)<br />

demikian kita harus mengumpulkan jasa kebajikan, karena dalam<br />

kehidupan selanjutnya ini adalah “penyokong makhluk-makhluk<br />

hidup” (3:4, 20, 22). Di antara beberapa sutta tentang kematian yang<br />

tidak terhindarkan, yang paling mengesankan adalah sutta terakhir<br />

dalam bab ini (3:25), dengan perumpamaannya yang mengejutkan<br />

tentang pegunungan yang bergerak dari empat penjuru, menggilas<br />

segala sesuatu dalam perjalanannya.<br />

4. Mārasaṃyutta<br />

Māra adalah Sang Jahat dalam Buddhisme, Penggoda dan Raja Indriawi<br />

yang cenderung mengalihkan seseorang dari jalan kebebasan dan<br />

menahan mereka dalam siklus kelahiran dan kematian berulang.<br />

Kadang naskah-naskah menggunakan kata “Māra” dalam makna<br />

metafora, yaitu mewakili penyebab belenggu psikologis seperti<br />

keinginan dan nafsu (22:63-65) dan hal-hal eksternal yang olehnya kita<br />

terbelenggu, khususnya kelima kelompok unsur kehidupan itu sendiri<br />

(23:11-12). Tetapi terbukti bahwa bidang pemikiran dari sutta-sutta<br />

tidak menganggap Māra hanya sebagai personifikasi dari kelemahan<br />

moral manusia, melainkan melihatnya sebagai sesosok dewa jahat<br />

yang berusaha menggagalkan usaha dari mereka yang berniat untuk<br />

memenangkan tujuan tertinggi. Bukti dari hal ini adalah perburuannya<br />

atas Sang Buddha dan para Arahanta setelah pencerahan mereka, yang<br />

tentu tidak dapat dipercaya jika ia hanya dianggap sekadar proyeksi<br />

psikologis.<br />

Mārasaṃyutta dibuka di sekitar Pohon Bodhi segera setelah Sang<br />

Buddha mencapai Penerangan Sempurna. Di sini Māra menantang<br />

pengakuan Sang Buddha bahwa Beliau telah mencapai tujuan. Ia<br />

mencela Sang Buddha karena meninggalkan jalan penyiksaan-diri (4:1),<br />

mencoba menakut-nakuti Beliau dengan mengubah dirinya menjadi<br />

bentuk-bentuk yang mengerikan (4:2), dan berusaha menghancurkan<br />

keseimbangan Sang Buddha dengan memperlihatkan sosok-sosok<br />

yang cantik dan menakutkan (4:3). Untuk memenangkan kontes ini<br />

Sang Buddha hanya perlu menghentikan gertakan Māra, dengan<br />

mengatakan bahwa Beliau mengenali lawan di hadapannya bukan lain<br />

adalah Sang Jahat. Kemudian Māra lenyap, frustrasi dan bersedih.

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!