22.11.2014 Views

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

10. Yakkhasaṃyutta: Catatan Kaki (509)<br />

564.<br />

565.<br />

566.<br />

Spk: Ia berbicara demikian berpikir, “Seseorang yang ketakutan<br />

dan melarikan diri ketika melihatku adalah seorang petapa palsu<br />

(samaṇaka); seseorang yang tidak ketakutan dan tidak melarikan<br />

diri adalah seorang petapa sejati (samaṇa). Orang ini, setelah<br />

melihatku, akan ketakutan dan melarikan diri.”<br />

Spk: Yakkha itu mengubah wujudnya menjadi mengerikan, membuka<br />

mulutnya lebar-lebar, dan menegakkan bulu-badannya<br />

yang bagaikan jarum di sekujur tubuhnya. Sentuhannya “jahat”<br />

(pāpaka) dan harus dihindari bagaikan kotoran, api, atau ular<br />

berbisa. Ketika Sang Buddha mengatakan ini, Sūciloma menjadi<br />

marah dan berkata sebagai berikut.<br />

Dalam semua edisi SN, dan kebanyakan edisi SN, serta komentarnya<br />

masing-masing, vv. 808d, 809d tertulis: Kumāraka dhaṅkam<br />

iv’ ossajanti. A. v. 1 vaṅkam (menggantikan dhaṅkam) ditemukan<br />

dalam beberapa mss Sn (vv. 270-71) dan telah dimasukkan ke<br />

dalam Sn (Ee1). Dhaṅkam (< Skt dvāṅksam) tentu saja tulisan yang<br />

diketahui para komentator, karena baik Spk maupun Pj II 303,22<br />

foll. Mengemas kata itu dengan kakaṃ, gagak, yang tidak mungkin<br />

mereka lakukan jika tulisan itu adalah vaṅkam. Spk mengemas<br />

ossajanti dengan khipanti, dan menjelaskan perumpamaan:<br />

“Anak-anak kecil mengikat kaki seekor gagak dengan tali panjang,<br />

mengikat ujung tali itu di jari tangan mereka, dan melepaskan<br />

gagak itu. Setelah gagak itu pergi dalam jarak tertentu, gagak<br />

itu jatuh kembali.”<br />

Spk menuliskan pertanyaan tersebut sebagai berikut: “Dari<br />

manakah pikiran buruk muncul dan mengganggu batin?”<br />

(pāpavitakkā kuto samuṭṭhāya cittaṃ ossajanti). Ini sepertinya<br />

memisahkan antara mano dan vitakka dan memperlakukan mano<br />

sebagai bentuk akusatif. Saya lebih menyukai mempertahankan<br />

manovitakka sebagai kata majemuk (seperti jelas dalam v34b) dan<br />

melihat objek ossajanti hanya sebagai implisit, yaitu diri sendiri,<br />

sumber dari mana pikiran muncul, seperti yang ditegaskan pada<br />

v. 810a dengan ungkapan attasambhūtā.<br />

Norman, yang juga menerima dhaṅkam, mendiskusikan persoalan<br />

ini dalam GD, p. 200, n. atas 270-71. Untuk terjemahan

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!