22.11.2014 Views

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

11 Sakkasaṃyutta (339)<br />

“Yang Mulia, pernahkah Bhagavā melihat Sakka, raja para deva?”<br />

“Aku pernah melihatnya, Mahāli.”<br />

“Tentu saja, Yang Mulia, pasti ada seseorang yang menyerupai<br />

Sakka, raja para deva; karena Sakka, raja para deva, sulit dilihat.”<br />

“Aku mengetahui Sakka, Mahāli, dan aku mengetahui kualitaskualitas<br />

yang menjadikan Sakka, dengan menjalankan apakah Sakka<br />

memperoleh status Sakka.” <br />

“Di masa lampau, Mahāli, ketika Sakka, raja para deva, adalah<br />

seorang manusia, ia adalah seorang brahmana muda bernama Magha;<br />

oleh karena itu, ia dipanggil Maghavā….”<br />

(Di sini dilanjutkan dengan nama-nama Sakka seperti pada 11:12 dan<br />

tujuh sumpah seperti pada 11:11, diikuti dengan syair 908-9 = 904-5.) [231]<br />

<br />

14 (4) Miskin<br />

Pada suatu ketika, Sang Bhagavā sedang berdiam di Rājagaha, di Hutan<br />

Bambu, Taman Suaka Tupai. Di sana Sang Bhagavā berkata kepada para<br />

bhikkhu: “Para bhikkhu!”<br />

“Yang Mulia!” para bhikkhu itu menjawab. Sang Bhagavā berkata<br />

sebagai berikut:<br />

“Para bhikkhu, suatu ketika di masa lampau, di Rājagaha yang sama<br />

ini terdapat seorang miskin, papa, melarat. Ia menjalani keyakinan,<br />

moralitas, pembelajaran, kedermawanan, dan kebijaksanaan dalam<br />

Dhamma dan Disiplin yang diajarkan oleh Sang Tathāgata. Setelah<br />

melakukan demikian, dengan hancurnya tubuh, setelah kematian,<br />

[232] ia terlahir kembali di alam yang baik, di alam surga, di<br />

tengah-tengah para deva Tāvatiṃsa, dimana, ia mengungguli para<br />

deva lainnya dalam hal keindahan dan keagungan.” 642<br />

“Selanjutnya, para deva Tāvatiṃsa menemukan cacat atas hal<br />

ini, menggerutu, dan mengeluhkannya dengan berkata: ‘Sungguh<br />

mengagumkan, Teman! Sungguh menakjubkan, Teman! Karena<br />

sebelumnya, ketika deva muda ini adalah seorang manusia, ia adalah<br />

seorang yang miskin, papa, melarat. Namun dengan hancurnya tubuh,<br />

setelah kematian, ia terlahir kembali di alam yang baik, di alam surga<br />

di tengah-tengah para deva Tāvatiṃsa, dimana, ia mengungguli para<br />

deva lainnya dalam hal keindahan dan keagungan.’”

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!