22.11.2014 Views

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

6. Brahmasaṃyutta: Catatan Kaki (461)<br />

patha). Tidak mengetahui jalan ini, mengapa engkau mengomel<br />

dan berkomat-kamit? Karena brahmā hidup dari jhāna yang<br />

nikmat; mereka tidak memakan susu beku yang dicampur dengan<br />

daun dan biji-bijian.” Biasanya empat brahmaviharā disebut<br />

jalan untuk bergabung dengan Brahmā, seperti pada DN I 250,32<br />

– 251,21 dan MN II 207,14 – 208,8.<br />

380. Spk menjelaskan nirūpadhika dalam pāda b sebagai seorang yang<br />

tanpa upadhi kekotoran, bentukan kehendak, dan kenikmatan<br />

indria. Spk-pṭ: upadhi kelompok-kelompok unsur kehidupan<br />

tidak disebutkan karena kelompok-kelompok unsur kehidupan<br />

masih ada. Telah melampaui deva (atidevapatto). Spk: Ia telah mencapai<br />

keadaan deva yang melampaui para deva, keadaan brahmā<br />

yang melampaui para brahmā. (terdapat bukti permainan kata<br />

di sini atas nama bhikkhu). Mengenai akiñcana, “tidak memiliki<br />

apa-apa”, baca n. 73. Tidak memberi makan siapa pun (anaññaposi).<br />

Spk: Hal ini dikatakan karena ia tidak memelihara istri dan anakanak,<br />

atau karena ia tidak memelihara jasmani lainnya setelah<br />

yang sekarang ini.<br />

381. Spk: Apa yang di belakang (pacchā) adalah masa lalu, apa yang di<br />

depan (purattham) adalah masa depan. Ia tidak memiliki apa yang<br />

di belakang ataupun di depan karena ia tidak memiliki keinginan<br />

dan nafsu akan kelompok-kelompok unsur kehidupan masa<br />

lalu dan masa depan. Ia tanpa asap (vidhūmo) dengan lenyapnya<br />

asap kemarahan. Mengenai dikotomi “depan-belakang”, baca<br />

Dhp 348, 421; Sn 949; Th 537.<br />

382. Spk menjelaskan visenibhūto dalam pāda a sebagai “tanpa senjata,<br />

tanpa bala tentara kekotoran” (kilesasenāya viseno jāto). Akan<br />

tetapi, di sini, saya mengikuti saran Norman (pada GD, pp. 307-8,<br />

n. atas 793) bahwa viseni bersesuaian dengan visreṇi pada BHS,<br />

yang artinya “tanpa teman”. Pada Uv. 11:12, kita menemukan<br />

viseṇīkrtvā (diterjemahkan ke dalam Bahasa Tibet dalam suatu<br />

ungkapan yang berarti “bebas dari kerumunan”).<br />

383. Mengenai oghatiṇṇaṃ baca n. 2.<br />

384. Spk: Syair ini ditambahkan oleh para redaktur.<br />

385. Prosa pembukaan sutta ini identik dengan yang terdapat dalam

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!