22.11.2014 Views

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

(360) 1. Buku dengan Syair (Sagāthāvagga)<br />

kan khayalannya. “Pepatah para Arahanta” diucapkan oleh Sang<br />

Buddha pada 15:20 (II 193, juga pada DN II 199, 6-7); Raja Deva<br />

Sakka mengulanginya pada peristiwa Sang Buddha Parinibbāna<br />

(baca v. 609). Baris pertama biasanya tertulis aniccā vata sankhārā<br />

daripada seperti di sini, aniccā sabbasaṅkhārā. Percakapan syair<br />

yang sama terjadi di bawah pada 9:6, dengan dewi Jālinī dan Yang<br />

Mulia Anuruddhā sebagai pembicara. Bentuk vokatif perempuan<br />

bale dalam pāda b menyiratkan bahwa dialog terakhir adalah<br />

asal-mula syair, atau dalam kasus bagaimanapun bahwa devatā<br />

pertama adalah perempuan.<br />

Spk: Bentukan di sini adalah semua bentukan di tiga alam kehidupan<br />

(sabbe tebhūmakasaṅkhārā), yang adalah tidak kekal dalam<br />

makna bahwa bentukan ini menjadi tidak ada setelah muncul<br />

(hutvā abhāvaṭṭhena aniccā). Ketenangannya adalah kebahagiaan<br />

(tesaṃ vūpassamo sukho): Nibbāna itu sendiri, disebut penenangan<br />

atas bentukan-bentukan itu, adalah kebahagiaan.<br />

21. Upadhi, “perolehan” (dari upa + dhā, “bergantung pada”) secara<br />

literal berarti “sesuatu untuk bersandar”, yaitu “landasan-landasan”<br />

atau “perlengkapan” kehidupan. Kata ini memiliki makna<br />

objektif dan subjektif. Secara objektif, kata ini merujuk pada<br />

segala sesuatu yang diperoleh, yaitu aset atau harta seseorang;<br />

secara subjektif, merujuk pada tindakan yang bersesuaian yang<br />

berakar pada keinginan. Dalam banyak kasus, kedua makna ini<br />

bergabung, dan sering kali keduanya memang disengaja. Kata ini<br />

berfungsi sebagai padanan upādāna, “kemelekatan”, akan tetapi,<br />

secara etimologi tidak berhubungan. Sehubungan dengan ini,<br />

baca 12:66 dan II, n. 187, dan Sn p. 141.<br />

Spk (bersama dengan komentar-komentar lainnya) memberikan<br />

empat pengelompokan upadhi: (i) kāmūpadhi, perolehan sebagai<br />

kenikmatan indria dan kepemilikan materi, (ii) khandhūpadi,<br />

lima kelompok unsur kehidupan, (iii) kilesūpadhi, kekotoran,<br />

yang merupakan landasan bagi penderitaan di alam sengsara;<br />

dan (iv) abhisaṅkhārūpadhi, bentukan-bentukan kehendak, akumulasi<br />

kamma, yang merupakan landasan bagi segala penderitaan<br />

dalam saṃsāra. Dalam syair deva itu, upadhi yang digunakan<br />

adalah dalam pengertian yang pertama.

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!