22.11.2014 Views

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

8. Vaïgisasaüyutta: Catatan Kaki (493)<br />

509.<br />

510.<br />

511.<br />

512.<br />

Baca n. 227.<br />

Spk: “’Kebenaran, sesungguhnya, adalah ucapan Keabadian’<br />

(saccaṃ ve amatā vācā) berarti bahwa ucapan Sang Buddha serupa<br />

dengan Keabadian karena kebaikan-Nya (sādhubhāvena,<br />

Be; atau kemanisannya, jika kita mengikuti Se dan Ee membaca<br />

sadubhāvena); atau disebut Keabadian karena merupakan kondisi<br />

untuk mencapai Nibbāna, Keabadian.” Penjelasan pertama<br />

menunjukkan bahwa teks bermain pada kedua makna amata,<br />

“tanpa-kematian (= Nibbāna) dan “makanan surgawi” dalam mitologi<br />

Veda, yaitu minuman para deva abadi.<br />

Spk mengatakan mengenai pāda cd: “Setelah kokoh dalam kebenaran,<br />

mereka kokoh dalam tujuan (atau kebaikan) diri sendiri<br />

dan orang lain; setelah kokoh dalam tujuan (kebaikan), mereka<br />

kokoh dalam Dhamma. Atau dengan kata lain, sacca harus dipahami<br />

sebagai kata sifat (= benar) sebagai makna dari kebaikan<br />

dan Dhamma.”<br />

Penjelasan Spk mengisyaratkan bahwa tiga kata benda—sacce,<br />

at the, dan dhamme—adalah lokatif yang benar dan āhu adalah<br />

bentuk kata kerja dari honti (= ahū). Berdasarkan pada karya Luders,<br />

Norman menyarankan (pada EV I, n. atas 1229) bahwa atthe<br />

dan dhamme sesungguhnya adalah normatif dalam dialek timur<br />

yang memiliki bentuk tunggal normatif dalam –e, dan kemudian<br />

secara keliru berubah menjadi lokatif dalam proses penerjemahan<br />

ke dalam Pāli. Saya mengikuti Norman dalam terjemahan<br />

saya atas baris ini. Dalam versi BHS (Uv 8:14), , terjemahan menjadi<br />

terbalik: menjadi satyaṃ sebagai bentuk normatif, dan arthe<br />

dan dharma sebagai lokatif.<br />

Spk-pṭ: “Berhubung Sang Buddha berbicara demi keamanan<br />

(khemāya), ucapan-Nya adalah ‘aman’, karena merupakan sebab<br />

bagi munculnya keamanan. Dengan demikian, merupakan ucapan<br />

yang terutama.”<br />

Spk menuliskan pāda c seolah-olah mengandung kata kerja implisit<br />

hoti dan memperlakukan pāda d sebagai kalimat terpisah<br />

dengan paṭibhānaṃ sebagai subjek. Akan tetapi, sepertinya lebih<br />

tepat, jika menganggap nigghoso dalam pāda c sebagai subjek

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!