22.11.2014 Views

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

(424) 1. Buku dengan Syair (Sagāthāvagga)<br />

Dalam pāda c, saya memasukkan mahāyaññā, terdapat dalam<br />

Se dan Ee2 namun tidak ada dalam Be dan Ee1. Spk menjelaskan<br />

mahārambhā sebagai mahākiccā mahākaraṇīyā, “perbuatan-perbuatan<br />

besar, tugas-tugas besar”, yang diklarifikasi oleh Spkpṭ:<br />

bahupasughātakammā, “perbuatan membunuh banyak binatang”.<br />

215. Yajanti anukulaṃ sadā. Spk-pṭ menjelaskan anukulaṃ sebagai<br />

kulānugataṃ, “Apa yang telah diturunkan dalam keluarga (sebagai<br />

tradisi keluarga)”. Spk: Persembahan makanan rutin yang<br />

dimulai oleh orang-orang generasi sebelumnya—orang-orang<br />

ini memberikan dalam generasi demi generasi tanpa terputus.<br />

216. Spk menceritakan, sebagai kisah latar belakang, sebuah versi<br />

ringkas atas prolog dari Ja No. 92. Akan tetapi, syair tersebut<br />

juga muncul pada Dhp 345-46, kisah komentar latar belakang<br />

hanya sekedar menyebutkan bahwa raja memerintahkan para<br />

kriminal dibawa menghadapnya dan diikat dengan belenggu,<br />

tali, dan rantai. Baca Dhp-a IV 53-55; BL 3:223-4. Kisah yang sama<br />

terdapat dalam prolog dari Ja No. 201.<br />

217. Spk: Ini menurun ( ohārina) karena menarik seseorang turun ke<br />

empat alam sengsara; luwes (sithila), karena tidak seperti besi<br />

mengikat namun tidak mengikat gerakan fisik seseorang, tetapi<br />

membelenggu seseorang ke mana pun ia pergi; sulit untuk membebaskan<br />

diri (duppamuñca), karena seseorang tidak dapat membebaskan<br />

diri darinya kecuali dengan pengetahuan lokuttara.<br />

218. Sutta ini juga terdapat pada Ud 64-66, tetapi dengan syair<br />

yang berbeda. Taman Timur adalah vihara yang dibangun oleh<br />

Visākhā, penyokong perempuan utama Sang Buddha, yang juga<br />

dipanggil “ibu” oleh ayah mertuanya Migāra karena ia dengan<br />

terampil menuntunnya kepada Dhamma.<br />

219. Para jaṭila adalah para petapa berambut kasar; para nigaṇṭha,<br />

para Jain, para pengikut Nātaputta.<br />

220. Semua edisi SN membaca kalimat ini sebagai pernyataan ( ye te<br />

bhante loke arahanto), namun Ud 65, 22-23 (Ee) membacanya sebagai<br />

pertanyaan (ye nu keci kho bhante loke arahanto).<br />

221. Empat pernyataan ringkas ini dijelaskan pada AN II 187-90.

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!