22.11.2014 Views

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

(442) 1. Buku dengan Syair (Sagāthāvagga)<br />

masuk syair ini, tercatat dalam Dhp-a IV 31-33; baca BL 3:213-14.<br />

Spk: “Sang Buddha merenungkan demikian dengan belas kasihan,<br />

setelah melihat orang-orang menderita hukuman di dunia<br />

yang dikuasai oleh raja-raja yang tidak lurus.”<br />

299. Dalam 51:10 (V 259,18-20 = DN II 103,23-26), , dikatakan bahwa seseorang<br />

yang telah menguasai empat landasan kekuatan batin dapat,<br />

jika ia menginginkan, hidup selama satu kappa atau sampai<br />

akhir dari kappa tersebut. Māra mengajukan bujukan ini kepada<br />

Sang Buddha, bukan karena kemampuan kepemimpinan-Nya,<br />

tetapi karena ia ingin menggodanya dengan nafsu kekuasaan<br />

dan dengan demikian mempertahankan-Nya di bawah kendalinya.<br />

Menarik bahwa sutta ini tidak memberikan jawaban atas<br />

pertanyaan tersebut apakah pemerintahan yang lurus adalah<br />

mungkin; dan makna ganda ini meliputi Kanon Pāli secara keseluruhan.<br />

Sementara beberapa teks mengakui bahwa penguasa<br />

yang lurus memang muncul (“Raja-Pemutar-Roda”), konsensus<br />

umum adalah bahwa menjalankan kekuasaan biasanya melibatkan<br />

pengerahan kekerasan dan dengan demikian adalah sulit<br />

untuk menyesuaikan dengan pelaksanaan sīla. Untuk diskusi<br />

lengkap mengenai makna ganda ini, baca Collins, Nirvana and<br />

Other Buddhist Felicities, pp. 419-36, 448-70.<br />

300. Dalam pāda c, Be dan Se membaca dvittāva, walaupun ejaan dalam<br />

Ee1 & 2 adalah dvittā va, lebih disukai. Spk: “Jangankan satu<br />

gunung, bahkan dua kali (dvikkhatum pi tāva) gunung emas besar<br />

tidak akan cukup untuk satu orang.” Versi BHS untuk syair ini<br />

menulis vittaṃ, pusaka, menggantikan dvittā (baca Concordance<br />

1 (B)).<br />

301. Spk: “Penderitaan bersumber pada lima utas kenikmatan indria;<br />

yaitu ‘sumber dari mana ia muncul’ (yatonidānaṃ). Ketika seseorang<br />

melihat demikian, untuk alasan apakah ia harus condong<br />

pada kenikmatan indria itu yang merupakan sumber penderitaan?”<br />

Upadhi dalam pāda c dikemas oleh Spk sebagai kāmaguṇaupadhi;<br />

baca n. 21. Sebagai pengganti saṅgo, ikatan, versi BHS<br />

menulis salyam (Pāli: sallam), anak panah.<br />

Spk-pṭ: Sumber penderitaan adalah keinginan, dan sumber

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!