22.11.2014 Views

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

(364) 1. Buku dengan Syair (Sagāthāvagga)<br />

30.<br />

31.<br />

32.<br />

cil” karena ia menetap di dalam rahimnya selama sepuluh bulan;<br />

pada istri sebagai “sarang kecil” karena setelah bekerja keras<br />

sehari penuh, laki-laki mendekati pendampingnya, perempuan,<br />

dengan cara yang sama seperti burung-burung, setelah mencari<br />

makanan sehari penuh, kembali ke sarangnya di malam hari;<br />

pada anak-anaknya sebagai “penyambung garis” (santānakā)<br />

karena mereka menyambung garis keturunan keluarga; dan<br />

pada keinginan sebagai belenggu. Sang Buddha menjawab sebagaimana<br />

yang Beliau lakukan karena Beliau tidak akan menetap<br />

dalam rahim seorang ibu lagi, atau menyokong seorang istri,<br />

atau memperoleh anak-anak.<br />

Spk: Deva itu mengajukan pertanyaan tambahan ini karena ia<br />

heran dengan jawaban cepat Sang Buddha dan ingin mengetahui<br />

apakah Ia telah benar-benar memahami maksudnya.<br />

Walaupun tiga edisi menggunakan bentuk tunggal santānakaṃ<br />

dalam pāda c syair ini, SS dan Ee2 menggunakan bentuk jamak<br />

santānake, yang sepertinya lebih baik dalam mempertahankan<br />

konsistensi dengan syair lainnya. Kintāham harus dipisahkan<br />

menjadi kin te ahaṃ.<br />

Bagian pembukaan dari sutta ini sepertinya, dengan penjelasan,<br />

terdapat pada prolog dari Samiddhi Sutta (Ja No. 167), yang termasuk<br />

pasangan syair-syair pertama. MN No. 133 dibuka dengan<br />

cara yang sama, dengan Samiddhi sebagai pelaku utama.<br />

Bhikkhu Samiddhi diberi nama demikian karena tubuhnya cemerlang<br />

(samiddha), tampan dan indah. Spk menegaskan bahwa<br />

ini adalah devata perempuan (disebut devadhittā dalam Jataka),<br />

yaitu dewa bumi (bhummadevatā) yang menetap di hutan. Ketika<br />

ia melihat Samiddhi dalam cahaya fajar, ia jatuh cinta kepadanya<br />

dan bermaksud untuk merayunya. Samiddhi muncul juga di<br />

bawah 4:22 dan 25:65-68.<br />

Syair-syair ini berputar di sekitar permainan kata yang bermakna<br />

ganda dari bhūnjati, memakan makanan dan menikmati kenikmatan<br />

indria. Devatā itu berpura-pura memberitahu Samiddhi<br />

agar makan sebelum pergi menerima persembahan (yaitu memuaskan<br />

kenikmatan indria sebelum menjalani kehidupan keb-

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!