22.11.2014 Views

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

(58) 1. Buku dengan Syair (Sagāthāvagga)<br />

kita juga melihat bagaimana Sang Buddha menilai pengakuan status<br />

tinggi dari si brahmana yang berdasarkan pada kelahiran. Di sini Beliau<br />

menginterpretasikan kata “brahmana” dengan makna aslinya, sebagai<br />

orang suci, dan berdasarkan pada ini mendefinisikan ulang brahmana<br />

sejati sebagai Arahanta. Ketiga Veda yang dihormati dan dengan<br />

tekun dipelajari oleh para brahmana digantikan oleh ketiga vijjā atau<br />

pengetahuan sejati yang dimiliki oleh Arahanta: pengetahuan kelahiran<br />

lampau, pengetahuan hukum kamma, dan pengetahuan hancurnya<br />

noda-noda (7:8). Sutta terakhir menambahkan sentuhan humor,<br />

yang masih dapat dikenali hingga sekarang, dengan menggambarkan<br />

perbedaan antara tekanan kehidupan rumah tangga dan kebebasan<br />

tanpa kekangan dari pelepasan keduniawian (7:10).<br />

Dalam vagga ke dua para brahmana datang untuk menantang<br />

Sang Buddha dengan cara yang berbeda, dan sekali lagi Sang Buddha<br />

meningkatkan kejadian itu dengan akal dan kebijaksanaan-Nya yang<br />

tidak habis-habisnya. Akan tetapi dalam vagga ini, walaupun Sang<br />

Buddha menginspirasi lawan bicara-Nya akan keyakinan yang baru ia<br />

peroleh, si brahmana yang beralih keyakinan tidak menjadi bhikkhu<br />

namun hanya menyatakan diri mereka sebagai umat awam “yang telah<br />

menerima perlindungan seumur hidup.”<br />

8. Vaṅgīsasaṃyutta<br />

Bhikkhu Vaṅgīsa dinyatakan oleh Sang Buddha sebagai siswa<br />

terunggul di antara mereka yang memiliki kata-kata inspirasional<br />

(paṭibhānavantānaṃ, pada AN I 24, 21). Gelar ini ia peroleh berkat<br />

kemahirannya dalam menggubah syair secara spontan. Syair-syairnya<br />

membentuk bab terpanjang dalam Theragāthā, yang mana tujuh puluh<br />

satu syairnya (Th 1209-79) bersesuaian dengan syair-syair dalam<br />

saṃyutta ini tetapi tanpa kerangka prosa. Puisi lain oleh Vaṅgīsa,<br />

terdapat dalam SN II, 12 tidak termasuk dalam kumpulan ini, tetapi<br />

juga terdapat dalam Theragāthā.<br />

Syair-syair Vaṅgīsa tidak sekadar pepatah berirama (seperti halnya<br />

banyak syair dalam koleksi ini) melainkan komposisi puisi yang<br />

terampil yang berhak mendapat tempat terhormat dalam puisi India<br />

awal. Syair-syair itu juga mengungkapkan, dengan kejujuran tanpa

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!