22.11.2014 Views

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

(526) 1. Buku dengan Syair (Sagāthāvagga)<br />

bagi para penerjemah sebelumnya. C.Rh.D menerjemahkannya<br />

“apakah kalian memperbaiki kata-katanya” (pada KS 1:281);<br />

Horner, berdasarkan PED, sebagai “semoga cahayamu bersinar”<br />

(dalam BD 4:249, 4:498, 5:227 = Vin I 187,23, I 349,7, II 162,15).<br />

Tidak satu pun terjemahan ini menangkap maksud yang sebenarnya.<br />

Kata kerja—suara penengah, bentuk kata berharap dari<br />

orang ketiga tunggal—selalu muncul dalam konteks di mana<br />

Sang Buddha membicarakan jenis perilaku umat awam yang<br />

para bhikkhu, sebagai yang tidak meninggalkan keduniawian,<br />

harus mampu melampaui. Karena itu, kata kerja ini menunjukkan<br />

bagaimana seseorang harus bertindak untuk membuat dirinya<br />

bersinar, yaitu perilaku yang sesuai dengan posisinya.<br />

610. Sutta ini adalah paritta atau khotbah perlindungan yang terkenal,<br />

termasuk dalam Maha Pirit Pota. Tradisi Buddhis Utara melestarikan<br />

versi-versi Tibet dan China, diterjemahkan dari Skt,<br />

dan penggalan Skt juga telah ditemukan. Berbagai versi dibahas<br />

secara terperinci oleh Skilling, Mahā Sūtras II, pp. 441-67.<br />

611. Spk tidak mengemas kata majemuk dhajagga, tetapi muncul dalam<br />

AN III 89,17 foll. Dan dijelaskan pada Mp III 267,18 sebagai<br />

“bendera yang dikibarkan dari punggung gajah, kuda, dan seterusnya,<br />

atau dari kereta”. Skilling mendiskusikan kata Skt dhvaja<br />

dan dhvajāgra secara lengkap dan menyimpulkan bahwa “dalam<br />

bentuk terdahulu, dhvaja adalah sebatang galah yang terpasang<br />

lambang di ujungnya, dibawa sebagai simbol militer atau kerajaan.”<br />

(Mahā Sūtras II, p. 457). Lambang adalah dhvajāgra, “bendera”,<br />

walaupun sepertinya dengan berlalunya waktu, kedua<br />

istilah ini nyaris dapat saling dipertukarkan. Karena pada tiang<br />

bendera biasanya terdapat bendera, kata dhvaja akhirnya beralih<br />

menjadi bendera; pengertian istilah ini sepertinya secara implisit<br />

terdapat dalam pernyataan Spk (di bawah ini). Dhaja muncul<br />

pada v. 226a.<br />

Spk: “Bendera Sakka dikibarkan dari keretanya setinggi 250<br />

yojana, dan ketika tertiup angin, bendera itu mengeluarkan suara<br />

orkestra dengan lima alat musik. Ketika para deva melihat<br />

ke atas, mereka berpikir, ‘Raja kita telah datang dan berdiri bersama<br />

pasukannya bagaikan tiang yang tertanam dalam. Kepada

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!