22.11.2014 Views

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

(416) 1. Buku dengan Syair (Sagāthāvagga)<br />

186. Spk: Di tempat lain, uccāvaca berarti: ucca = baik (paṇita) + avaca =<br />

rendah (hīna). Tetapi di sini berarti berbagai macam (nānāvidhā),<br />

sebagai lawan dari vaṇṇanibhā. Karena deva muda biru dalam<br />

kelompok itu menjadi sangat biru, dan demikian pula dengan<br />

deva muda kuning, merah, dan putih menjadi sangat kuning,<br />

merah, dan putih. Untuk mengilustrasikan ini, empat perumpamaan<br />

itu diberikan.<br />

187. Be dan Ee2 memasukkan di sini frasa saradasamaye viddhe<br />

vigatavalāhake deve, tetapi karena ini sepertinya adalah penyisipan<br />

yang berdasarkan pada paragraf berikutnya, maka saya<br />

mengikuti Se dan Ee1, yang mengabaikannya.<br />

188. Perumpamaan ini muncul kembali pada 22:102 dan 45:147. Spk<br />

mengemasnya nabhaṃ abbhussakkamāno (seperti pada be) dengan<br />

ākāsaṃ abhilaṅghanto dan mengatakan ini menunjukkan<br />

“waktu matahari lembut” [Spk-pṭ: waktu ketika matahari tidak<br />

terlalu rendah dan tidak terlalu tinggi]. Kata kerja abbhussakkati<br />

berasal dari akar sakk, dan tidak berhubungan dengan kata sifat<br />

sukka yang diduga oleh Geiger.<br />

189. Saya dan SS membaca pāda d sebagai berikut: kālaṃ kaṅkhati<br />

bhāvito sudanto. Tulisan ini diusulkan oleh VĀT, yang menulis:<br />

“Kata ketiga telah dihilangkan oleh Be dan Se, tidak diragukan<br />

dalam keyakinan bahwa ini adalah sebuah Sloka pāda (akan<br />

tetapi, gagal mengatur iramanya). Tetapi jika seseorang menganggapnya<br />

sebagai sebuah Aupacchandasaka pāda, maka tidak<br />

perlu menghilangkan apa pun. Konfirmasi diperoleh dari Sn 516,<br />

perubahan dari sa danto menjadi sudanto menjadi lebih sesuai<br />

untuk konteks yang berbeda.<br />

Spk tidak memberikan bantuan dengan tulisan, tetapi menjelaskan<br />

maknanya: “Ia menunggu waktunya Parinibbāna. Karena<br />

Arahanta a tidak bergembira dalam kematian atau menginginkan<br />

kehidupan; ia merindukan waktu bagaikan seorang<br />

pekerja menunggu upah hariannya.” Spk kemudian mengutip<br />

Th 1003, yang menjelaskan penggantian bhāvito dengan bhatiko<br />

dalam Ee1. Untuk mendapatkan baris Sloka, Ee2 mempertahankan<br />

bhāvito namun menghapus sudanto.

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!