22.11.2014 Views

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

7. Brāhmaṇasaṃyutta: Catatan Kaki (481)<br />

467. Untuk analisa lengkap dari dua pertanyaan ini, baca 3:24 dan nn.<br />

253,254. Saya menggunakan kathaṃ di sini, dan evaṃ dalam v.<br />

678d, agar lebih sesuai dalam irama.<br />

468. Versi yang jauh lebih lengkap dari pertemuan yang sama ini terdapat<br />

pada Dhp-a IV 7-15, yang mana membentuk kisah latar<br />

belakang atas Dhp 324; baca BL 3:201-5. Kisah tersebut digabungkan<br />

ke dalam Spk.<br />

469. Th-a II 179-80 menceritakan kisah yang persis sama mengenai<br />

Bhikkhu Jenta (Th 423-28), putra brahmana kerajaan Raja Kosala.<br />

Pada masa mudanya, ia kaku oleh keangkuhan (mānatthaddha,<br />

digunakan sebagai keterangan, bukan sebuah nama), namun<br />

direndahkan hatinya oleh Sang Buddha dengan syair yang<br />

persis sama dengan yang disajikan di sini. Ia menjadi seorang<br />

Pemasuk-arus setelah mendengarkan syair Sang Buddha, meninggalkan<br />

keduniawian sebagai seorang bhikkhu, dan mencapai<br />

Kearahatan.<br />

470. Spk: Ia berpikir: “Ketika seorang brahmana berkelahiran tinggi<br />

sepertiku datang, petapa ini tidak memperlihatkan keramahan<br />

khusus; berarti ia tidak tahu apa-apa.”<br />

471. Dalam pāda a, sepertinya lebih baik mengikuti Se dan Ee2 membaca<br />

mānabrūhaṇā, bukannya mānaṃ brāhmaṇa dalam Be dan Ee1.<br />

Versi Th-a tertulis brāhmaṇa dalam tiga edisi yang saya miliki.<br />

472. Evarūpaṃ paramanipaccākāraṃ karoti. Ungkapan ini muncul pada<br />

MN II 120,6, merujuk pada jenis perbuatan yang sama (dengan<br />

yang ditunjukkan oleh Raja Pasenadi terhadap Sang Buddha);<br />

baca juga 48:58, yang membahas alasan seorang Arahanta<br />

menunjukkan “penghormatan tertinggi” terhadap Sang Buddha<br />

dan Ajaran-Nya.<br />

473. Spk: Ia disebut Navakammika (“Pekerjaan baru”) karena ia mencari<br />

nafkah dengan menebang pohon di hutan, mewarnai kayu<br />

itu untuk pekerjaan konstruksi, dan menjualnya di kota.<br />

474. Dalam pāda b, ucchinnamūlaṃ sering muncul dalam formula yang<br />

menggambarkan kebebasan Arahanta dari kekotoran (misalnya,<br />

12:35 (II 62,20 – 63,11); 22:3 (III 10,27,33); 35:104 (IV 85,9,14);<br />

54:12 (V 327,26 – 328,6)); demikianlah kiasan, jelas dinyatakan

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!