22.11.2014 Views

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

(260) 1. Buku dengan Syair (Sagāthāvagga)<br />

Tidaklah layak bagi-Ku untuk memakannya.<br />

Ini, Brahmana, bukanlah prinsip<br />

Yang dijalankan oleh mereka yang melihat<br />

Yang Tercerahkan menolak makanan demikian<br />

Yang diperoleh setelah syair-syair dilantunkan.<br />

Prinsip demikian ada, O, Brahmana,<br />

Ini adalah aturan perilaku mereka.<br />

637. “Berilah makanan dan minuman lain<br />

Yang Sempurna, sang bijaksana mulia<br />

Dengan noda dihancurkan dan penyesalan ditenangkan,<br />

Karena Beliau adalah ladang bagi ia yang mencari jasa.” 446<br />

Ketika hal ini dikatakan, Brahmana Aggika Bhāradvāja berkata<br />

kepada Sang Bhagavā: “Menakjubkan, Guru Gotama!….” Dan Yang<br />

Mulia Aggika Bhāradvāja menjadi salah satu dari para Arahanta.<br />

9 (9) Sundarika<br />

Pada suatu ketika, Sang Bhagavā sedang berdiam di antara penduduk<br />

Kosala, di tepi Sungai Sundarika. Pada saat itu, Brahmana<br />

Sundarika Bhāradvāja sedang melakukan pengorbanan api dan<br />

persembahan api di tepi Sungai Sundarika. Kemudian Brahmana<br />

Sundarika, setelah melakukan pengorbanan api dan persembahan api,<br />

bangkit dari duduknya dan mengamati empat penjuru di sekeliling,<br />

berpikir: “Siapakah sekarang yang akan memakan kue persembahan<br />

ini?” 447<br />

Brahmana Sundarika melihat Sang Bhagavā duduk di bawah sebatang<br />

pohon dengan kepala tertutup. Setelah melihat Beliau, ia mengambil<br />

kue persembahan dengan tangan kirinya dan kendi air dengan<br />

tangan kanannya dan mendekati Sang Bhagavā. Ketika Sang Bhagavā<br />

mendengar suara langkah kaki sang brahmana, Beliau membuka tutup<br />

kepala-Nya. Kemudian Brahmana Sundarika Bhāradvāja berpikir,<br />

“Orang mulia ini gundul, [168] orang mulia ini kepalanya tercukur,”<br />

ingin berbalik; namun ia berpikir: “Beberapa brahmana di sini<br />

juga gundul. Aku akan mendekati-Nya dan menanyakan kelahiran-<br />

Nya.”

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!