22.11.2014 Views

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

(506) 1. Buku dengan Syair (Sagāthāvagga)<br />

pada 21:4 (II 277,12) dan 35:240 (IV 178,1-2); baca n. 54 di atas.<br />

Spk: Ia mencapai Kearahatan dan merenungkan, “aku telah<br />

mencapai tujuan yang karenanya aku menghafal, jadi mengapa<br />

aku harus meneruskannya?” kemudian ia melewatkan waktunya<br />

dengan menikmati kebahagiaan buah pencapaian.<br />

552. Syair lima pāda adalah tidak lazim. Maknanya memerlukan bahwa<br />

dalam pāda b, kita membaca na samāgamimha; walaupun edisi<br />

cetakan tidak mencantumkan na, tulisan yang disarankan dalam<br />

edisi Burma mss merujuk pada catatan dari Ee1 & 2. Spk menjelaskan<br />

virāgena, kebosanan, sebagai jalan mulia. Dalam pāda<br />

d, aññayanikkhepanaṃ adalah kata majemuk sintaksis; baca n.<br />

68. Spk menganggap aññaya sebagai bentuk absolutif (= jānitvā),<br />

tetapi juga dapat berupa kata bantu.<br />

553. Dalam pāda a, saya bersama dengan Be, Se, dan Ee2 membaca<br />

kata kerja sebagai khajjasi, bukannya seperti Ee1 majjasi,<br />

“mabuk dengan”. Tidak memperhatikan dengan hati-hati (ayoniso<br />

manasikāra) secara tradisional dijelaskan sebagai memperhatikan<br />

segala sesuatu sebagai kekal, menyenangkan, dan<br />

diri; memperhatikan dengan hati-hati (yoniso manasikāra), sebagai<br />

memperhatikan karakteristik sesungguhnya—tidak kekal,<br />

penuh penderitaan, bukan-diri, dan menjijikkan.<br />

554. Kisah yang identik, termasuk syair-syair ini, terdapat pada Ja<br />

No. 392 (III 307-10), dengan Sang Bodhisatta sebagai bhikkhu.<br />

Spk: Ketika ia melihat bhikkhu itu mencium teratai, devatā itu<br />

berpikir: “Setelah menerima subjek meditasi dari Sang Buddha<br />

dan memasuki hutan untuk bermeditasi, bhikkhu ini malah bermeditasi<br />

pada aroma bunga. Jika kemelekatannya pada aroma<br />

meningkat, maka ini akan menghancurkan kesejahteraannya.<br />

Biarlah aku mendekati dan mencelanya.<br />

555. Spk: Vaṇṇena (dalam pāda c): kāraṇena. Baca PED, s.v. vaṇṇa (11),<br />

dan v. 806a di bawah.<br />

556. Seluruh empat edisi membaca, dalam pāda c, ākiṇṇakammanto,<br />

yang dikemas oleh Spk aparisuddhakammanto, “Perbuatan tidak<br />

suci”. Tetapi SS menulis akhīṇa-, ākhīṇa-, dan akkhīṇa-, yang diakui<br />

oleh Spk sebagai suatu v. 1. dan dikemas kakkhaḷakammanto,

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!