22.11.2014 Views

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

1. Devatāsaṃyutta: Catatan Kaki (359)<br />

latihan konsentrasi atau pikiran yang lebih tinggi (adhicitta); dan<br />

dengan pikiran yang luhur (sucetaso), menunjukkan pikiran yang<br />

memiliki kebijaksanaan, latihan kebijaksanaan yang lebih tinggi<br />

(adhipaññā). Mengenai ini, kita dapat menambahkan bahwa<br />

frasa terakhir, terbebaskan di mana pun (sabbadhi vippamutto),<br />

menunjukkan puncak dari tiga latihan dalam pembebasan<br />

(vimutti). Baca DN II 122, 15 - 123, 12.<br />

18. Spk: Syair ini diucapkan oleh deva bumi yang berdiam di hutan.<br />

Setiap hari ia melihat para bhikkhu yang mendiami hutan<br />

itu duduk bermeditasi setelah makan. Ketika mereka duduk,<br />

pikiran mereka akan menjadi terpusat dan tenang, dan ketenangan<br />

pikiran mereka akan terwujud dalam corak kulit mereka<br />

(vaṇṇa). Bingung bahwa mereka dapat memiliki wajah yang<br />

begitu tenang selagi hidup dalam kondisi yang keras, deva itu<br />

mendatangi Sang Buddha untuk menanyakan sebabnya. Corak<br />

wajah (mukhavaṇṇa) atau corak kulit (chavivaṇṇa) dipercaya<br />

menunjukkan keberhasilan dalam meditasi; baca 21:3 (II 275,<br />

20-21), 28:1 (III 235, 22); dan Vin I 40, 14, dan 41, 2.<br />

19. Tāvatiṃsa, “alam tiga-puluh-tiga”, adalah alam surga ke tiga.<br />

Dinamakan demikian karena tiga puluh tiga pemuda, yang dipimpin<br />

oleh pemuda Magha, telah terlahir kembali di sini sebagai<br />

akibat dari perbuatan baik mereka. Magha bernama Sakka,<br />

pemimpin para deva. Nandana adalah Taman Kegembiraan di<br />

Tāvatiṃsa, disebut demikian karena memberikan kegembiraan<br />

kepada siapa pun yang masuk ke dalamnya. Menurut Spk,<br />

deva ini baru saja terlahir di surga ini, dan selagi berjalan-jalan<br />

di Hutan Nandana, ia mengucapkan syair pujian kegembiraan<br />

atas keagungan surgawi. Spk mengemas naradevānaṃ dengan<br />

devapurisānaṃ, “deva laki-laki”; jelas bukan kata majemuk dvanda.<br />

Tidasa “tiga puluh” (lit. “tiga kali tiga puluh”) adalah sebutan<br />

puitis untuk Tāvatiṃsa.<br />

20. Spk menduga jawaban ini berasal dari deva perempuan yang<br />

merupakan seorang siswa mulia (ariyasāvikā). Berpikir, “Deva<br />

bodoh ini membayangkan keagungannya sebagai kekal dan<br />

tidak berubah, tidak menyadari bahwa itu akan terpotong, musnah,<br />

dan memudar,” ia mengucapkan syair ini untuk melenyap-

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!