22.11.2014 Views

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

1. Devatāsaṃyutta: Catatan Kaki (353)<br />

3.<br />

asantiṭṭhanto, asaṃsīdanto ti attho).” Kata kerja patitiṭṭhhati biasanya<br />

berarti “kokoh”, yaitu melekat, pada dasarnya berhubungan<br />

dengan keinginan dan kekotoran lainnya: baca di bawah v. 46<br />

dan n. 35. Kesadaran yang dipengaruhi oleh keinginan adalah<br />

“kokoh” (baca 12:38-40, 12:64, 22:53-54), dan ketika keinginan<br />

dilenyapkan, maka menjadi “tidak kokoh, tanpa penopang.” Para<br />

Arahanta selesai “dengan kesadaran tidak kokoh” (appatiṭṭhitena<br />

viññāṇena ... parinibbuto; baca 4:23 (I 122,12-13)). Segala nuansa<br />

perbedaan tipis ini terkandung dalam jawaban Sang Buddha.<br />

Kata kerja āyūhati jarang terdapat dalam Nikāya, tetapi baca<br />

di bawah v. 263df, v. 264d, dan Sn 210d. Sebuah bentuk yang<br />

lebih padat dari ūhati (ditambah dengan ā- dan -y- sebagai penghubung);<br />

kata kerja sederhana ini muncul pada MN I 116,13-<br />

14, di mana dapat diterjemahkan “dipaksakan”. Kemunculan<br />

di sana bersesuaian dengan konteks sekarang ini: pikiran yang<br />

tegang dipaksakan adalah jauh dari konsentrasi. Dalam literatur<br />

belakangan, bentuk kata benda āyūhana memperoleh makna<br />

teknis “akumulasi” yang secara khusus merujuk pada kamma;<br />

dalam formula sebab-akibat yang saling bergantungan (paṭiccasamuppāda),<br />

bentukan kehendak (saṅkhārā) dikatakan memiliki<br />

fungsi āyūhana; baca Paṭis I 52, 14, 26; Vism 528, 12 (Ppn 17:51),<br />

579, 31-580, 4 (Ppn 17:292-93).<br />

Spk: Sang Bhagavā dengan sengaja memberikan jawaban kabur<br />

kepada deva untuk merendahkan hatinya, karena ia kaku<br />

oleh kesombongan menganggap dirinya bijaksana. Menyadari<br />

bahwa deva itu tidak akan mampu menembus ajaran jika ia<br />

tidak mengubah sikapnya terlebih dulu, Sang Buddha bermaksud<br />

untuk membuatnya bingung dan karenanya dapat mengekang<br />

keangkuhannya. Pada saat itu, dengan rendah hati, deva itu<br />

akan memohon penjelasan dan Sang Buddha akan menjelaskan<br />

dengan cara-cara yang dapat ia pahami.<br />

Penjelasan singkat Sang Buddha merujuk pada Jalan Tengah<br />

(majjhimā paṭipadā) dalam pengertian yang paling komprehensif,<br />

baik secara praktis maupun filosofis. Untuk menjelaskan<br />

implikasi ini, Spk menguraikan tujuh pasangan: (i) “Berhenti”<br />

karena kekotoran, seseorang tenggelam; “memaksakan” karena

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!