22.11.2014 Views

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

(472) 1. Buku dengan Syair (Sagāthāvagga)<br />

432.<br />

433.<br />

orang petapa?’ Dengan demikian, Petapa Gotama akan terjebak<br />

di ujung tanduk dilema ini, tidak dapat menelan atau memuntahkannya.”<br />

Ia menyapa Sang Buddha dengan ramah untuk menyembunyikan<br />

kemarahannya.<br />

Baca n. 376.<br />

Saya memberikan julukan baik dalam Pāli maupun Skt. Spk, yang<br />

mengidentifikasikannya sebagai adik dari brahmana Bhāradvāja<br />

pertama, mengatakan bahwa julukan itu ditambahkan oleh para<br />

redaktur Kanon karena ia datang dan menghina (akkosanto) Sang<br />

Tathāgata dalam lima ratus syair.<br />

434. Spk: Ia telah mendengar bahwa para petapa ( isi) menjatuhkan<br />

kutukan ketika mereka marah, jadi ketika Sang Buddha berkata,<br />

“Itu masih tetap milikmu, Brahmana!” Ia menjadi takut,<br />

berpikir, “Petapa Gotama sepertinya menjatuhkan kutukan kepadaku.”<br />

Oleh karena itu, ia berkata demikian.<br />

435. Saya menerjemahkan tādi sebagai “Yang Stabil” sesuai dengan<br />

kemasan dalam komentar, tādilakkhaṇaṃ pattassa, yang menyinggung<br />

penjelasan tādi pada Nidd I 114-16: “Arahanta adalah<br />

tādi karena Beliau ‘stabil’ (tādi) dalam hal untung dan rugi, dan<br />

sebagainya; Beliau adalah tādi karena Beliau telah melepaskan<br />

segala kekotoran; Beliau adalah tādi karena Beliau telah menyeberangi<br />

empat banjir, dan seterusnya, Beliau adalah tādi karena<br />

batin-Nya telah terbebas dari segala kekotoran; dan Beliau adalah<br />

tādi sebagai penggambaran diri-Nya dalam hal kualitas-kualitas-Nya.”<br />

(ringkasan). Definisi serupa tetapi sedikit berbeda sehubungan<br />

dengan Sang Buddha muncul dalam Nidd I 459-61.<br />

436. Be dan Ee1 & 2 membaca pāda a: ubhinnaṃ tikichantānaṃ, yang<br />

mana Spk (Be) masukkan dalam daftar kata dan mengemasnya<br />

abhinnaṃ tikicchantaṃ, menambahkan: “Atau yang terakhir itu<br />

sendiri adalah tulisan.” Dalam Se dan Spk (Se), tulisan itu terbalik.<br />

Karena maknanya menuntut suatu bentuk tunggal akusatif,<br />

tulisan ubhinnaṃ tikicchantaṃ taṃ, ditemukan pada Th<br />

444a, tidak merusak tata bahasa maupun irama. Ee2 mengadopsi<br />

persis tulisan ini pada syair yang sama dalam v. 882. Di bawah,<br />

tetapi anehnya berbalik menjadi ubhinnaṃ tikichantānaṃ, dalam<br />

syair yang sama ke tiga, v. 891.

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!