22.11.2014 Views

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

11. Sakkasaṃyutta: Catatan Kaki (531)<br />

50,18 ungkapan apasabyāmato karitvā muncul, yang Ud-a 292,4<br />

menjelaskan sebagai berbalik dengan sisi kiri menghadap seorang<br />

suci adalah tanda ketidakhormatan.<br />

629. Spk mengemas ciradikkhitānaṃ dalam pāda a sebagai<br />

cirasamādiṇṇavatānaṃ, “yang menjalankan sumpah dalam waktu<br />

yang lama”. Mengenai “seribu-mata” (sahassanetta) sebagai julukan<br />

Sakka, baca 11:12; walaupun di sana kata Pāli yang digunakan<br />

adalah sahassakkha, maknanya sama. Para petapa mengatakan<br />

ini karena mereka menganut kepercayaan umum bahwa<br />

para deva merasakan bau tubuh manusia adalah menjijikkan—<br />

khususnya para petapa yang jarang mandi (baca argumen Mātali<br />

pada v. 932). Jawaban Sakka menyampaikan hal yang sama seperti<br />

Dhp 54-56: aroma moralitas adalah yang paling harum di<br />

antara segala aroma dan meliputi hingga ke alam deva.<br />

630. Spk menuliskan: “Para deva tidak merasakan apa pun yang menjijikkan<br />

dari bau para mulia, mereka merasakannya nikmat, harum,<br />

menyenangkan.”<br />

631. Spk: Pada umumnya, dikatakan, pertempuran antara para deva<br />

dan para asura terjadi di balik samudra raya. Sering kali para<br />

asura kalah, dan ketika mereka melarikan diri dari para deva,<br />

ketika mereka melewati petapaan para petapa, mereka menghancurkan<br />

bangunan dan jalanan, dan sebagainya; karena mereka<br />

percaya bahwa para petapa itu memihak Sakka dan memberikan<br />

nasihat yang menyebabkan kekalahan mereka. Karena para<br />

petapa dapat memperbaiki segala kerusakan itu hanya setelah<br />

bersusah-payah, ketika mereka mendengar bahwa pertempuran<br />

akan segera terjadi, mereka menyadari bahwa mereka memerlukan<br />

jaminan keselamatan.<br />

Identitas Sambara agak menyulitkan. Spk mengidentifikasikannya<br />

sebagai Vepacitti (baca n. 633), tetapi C.Rh.D menunjukkan<br />

(pada KS 1:305, n. 4) bahwa 11:23 menyarankan dua perbedaan,<br />

Sambara sebagai pendahulu Vepacitti sebagai raja para<br />

asura. MW menyebutkan bahwa Sambara adalah siluman yang<br />

sering disebut dalam Rgveda; ia terbunuh oleh Indra. Untuk diskusi<br />

lebih lanjut, baca n. 665 berikut.

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!