22.11.2014 Views

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Pendahuluan Umum (33)<br />

api, dan angin – yang masing-masing memperlihatkan sifat-sifat<br />

nyata). Walaupun saya menerjemahkan nāma sebagai nama, ini jangan<br />

diartikan secara harafiah. Nāma adalah gabungan faktor-faktor batin<br />

yang terlibat dalam pengenalan: perasaan, persepsi, kehendak, kontak,<br />

dan perhatian (vedanā, saññā, cetanā, phassa, manasikāra; II 3,34-35). Ini<br />

disebut “nama” karena berkontribusi pada proses pengenalan yang<br />

olehnya objek-objek dikelompokkan dalam sebutan konseptualnya.<br />

Harus diperhatikan bahwa dalam Nikāya, nāmarūpa tidak termasuk<br />

kesadaran (viññāṇa). Kesadaran adalah kondisinya, dan keduanya<br />

adalah saling bergantung, bagaikan dua ikat buluh yang saling<br />

bersandar satu sama lain (II 114,17-19). Kesadaran hanya dapat<br />

beroperasi dengan bergantung pada tubuh fisik (rūpa) dan bersamasama<br />

dengan sekumpulan pendampingnya (nāma); sebaliknya, hanya<br />

jika kesadaran ada maka gabungan unsur-unsur materi yang berfungsi<br />

sebagai jasmani yang hidup dan faktor-faktor batin bekerja sama dalam<br />

pengenalan. Kadang-kadang teks membicarakan tentang “turunan<br />

dari kesadaran” (viññāṇassa avakkanti) berfungsi sebagai kondisi bagi<br />

nama-dan-bentuk (II 91,14-15); ini berarti bahwa datangnya arus<br />

kesadaran dari kehidupan lampau pada kehidupan baru adalah kondisi<br />

yang diperlukan untuk munculnya organisme yang memiliki batin dan<br />

jasmani pada tahap konsepsi. (nāmarūpassa avakkanti, II 66,12, 90,19,<br />

101,13); ini menunjukkan awal dari kehidupan makhluk hidup ketika<br />

arus kesadaran, yang datang dari kehidupan lampau, terbentuk dalam<br />

kondisi baru.<br />

NIBBĀNA, PARINIBBĀNA<br />

Seperti yang telah dikenal, nibbāna secara literal berarti padamnya<br />

api. Dalam karya-karya tentang Buddhisme yang terkenal, nibbāna<br />

secara sederhana digunakan untuk menyebutkan Nibbāna yang<br />

dialami dalam hidup, parinibbāna adalah Nibbāna yang dicapai pada<br />

saat kematian. Ini adalah kekeliruan. E.J Thomas menunjukkan<br />

(mungkin dengan berdasarkan pada saran dari E. Kuhn) bahwa awalan<br />

pari- mengubah kata kerja dari suatu kondisi menjadi pencapaian suatu<br />

perbuatan, sehingga kata benda yang bersesuaian nibbāna menjadi

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!