22.11.2014 Views

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

(532) 1. Buku dengan Syair (Sagāthāvagga)<br />

632. Pāda c seharusnya dibagi seperti dalam Be dan Ee2: Kāmankaro<br />

hi te dātuṃ. Spk mengemas kāmaṅkaro dengan icchitakaro dan<br />

menuliskan: “Jika engkau mau memberikan keselamatan, engkau<br />

mampu memberikan keselamatan; jika engkau mau memberikan<br />

bahaya, engkau mampu memberikan bahaya.”<br />

633. Spk: Segera setelah ia jatuh tertidur, ia terbangun sambil menangis<br />

seolah-olah ia telah diserang dari segala penjuru oleh seratus<br />

tombak. Para asura lainnya datang untuk menanyakan kesehatannya<br />

dan masih menghiburnya ketika fajar menyingsing.<br />

Sejak saat itu, pikirannya menjadi sakit dan berguncang (cittaṃ<br />

vepati); karena itu, muncullah nama lainnya, “Vepacitti”. Vepati<br />

tidak terdapat dalam PED, tetapi baca MW, s.v. vip > vepate. Spk<br />

mengemas vepati dengan kampati pavedhati.<br />

634. Spk mengemas samattāni dengan paripuṇṇani dan samādinnāni<br />

dengan gahitāni. Jelas Spk beranggapan bahwa samatta di sini<br />

adalah sama dengan Skt samāpta. Tetapi kata kerja samatta dapat<br />

mewakili Skt samāpta atau samātta, dan dari peletakannya sebelum<br />

samādinnāni dalam kalimat ini, saya menganggap samattāni<br />

dalam makna terakhir. Baik samatta maupun samādinna adalah<br />

alternatif bentuk kata kerja lampau dari sam + ā +dā. PED tidak<br />

menyebutkan turunan ini, tetapi hanya bahwa dari Skt samāpta<br />

(dan dari Skt samasta, yang tidak relevan di sini). Untuk turunan<br />

dari samātta, baca Nidd I 289,16-18; untuk turunan dari samāpta,<br />

baca Nidd I 65,9-11.<br />

635. Walaupun bentuk yācayoga berlaku dalam tradisi tekstual<br />

Pāli, kemungkinan besar bahwa kata majemuk asalnya adalah<br />

yājayoga, dikenali seperti v. 1 pada Vism 224, 11-12 (Ppn 7:112).<br />

Saya menerjemahkan berdasarkan pada tulisan ini, yang secara<br />

literal berarti “mengabdi untuk pengorbanan”, sebuah gagasan<br />

brahmanis yang diinterpretasikan ulang oleh Sang Buddha menjadi<br />

berarti pengorbanan-diri melalui praktik kedermawanan<br />

(baca vv. 395-96). Karena kedermawanan (yāja) diarahkan kepada<br />

pemohon (yācaka), variasi yācayoga dapat muncul melalui<br />

substitusi objek tindakan; baca GD, p. 241, n. atas p. 87,2.<br />

636. Spk (atas 11:13) secara singkat menceritakan bagaimana Sakka,

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!