22.11.2014 Views

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

(460) 1. Buku dengan Syair (Sagāthāvagga)<br />

nāparaṃ itthattāya, bergantung pada apakah kata terakhir dianggap<br />

sebagai datif atau ablatif. Spk: “Sekarang tidak ada pengembangan<br />

sang jalan lagi ‘untuk keadaan ini’ (itthabhāvāya = itthattāya<br />

sebagai datif), yaitu untuk kondisi enam belas tugas atau untuk<br />

penghancuran kekotoran-kekotoran. (‘Enam belas tugas’ adalah<br />

empat tugas sang jalan—pemahaman penuh, pelepasan, penembusan,<br />

dan pengembangan (seperti pada 56:11; V 422,3-30-<br />

)—menganggap dalam penggabungan tiap-tiap dari empat jalan<br />

lokuttara.) atau dengan kata lain: itthattāya = ithabhāvato (ablatif,<br />

‘melampaui ini’). Sekarang tidak ada lagi kelompok-kelompok<br />

unsur yang melampaui kelompok-kelompok unsur yang sekarang<br />

ini. Lima kelompok unsur kehidupan ini dipahami sepenuhnya<br />

bagaikan pohon yang dipotong akarnya.”<br />

Saya menganggap itthattāya sebagai makna datif “kondisi<br />

makhluk ini”, yaitu kehidupan dalam kondisi makhluk apa pun,<br />

sehingga frasa itu memberikan makna yang sama dengan alternatif<br />

“auman kebebasan,”, natthi dāni punabbhavo, “Sekarang<br />

tidak ada lagi kehidupan baru” (baca 22:27 (III 29,30), dan lainlain).<br />

Di tempat lain (misalnya pada DN I 17,33; MN II 130,16 foll.<br />

AN I 63,30 – 64,18), itthatta menunjukkan kondisi manusia (atau<br />

mungkin keseluruhan alam indria) sebagai lawan dari makhluk<br />

dengan kondisi tinggi. Karena bentuk dasar itthatta adalah jelas<br />

netral, adalah sulit menerima penjelasan komentar mengenai<br />

itthattāya sebagai bentuk ablatif.<br />

377. Berjalan menerima dana makanan secara tanpa terputus<br />

(supadānaṃ piṇḍaya caramāno) adalah praktik petapaan dengan<br />

cara mendatangi setiap rumah dalam perjalanan itu untuk menerima<br />

makanan; tanpa membedakan mereka yang memberi secara<br />

rutin dan mereka yang tidak memberi; baca Vism 60,19-24<br />

(Ppn 2:6), 67-68 (Ppn 2:31)).<br />

378. Ahutiṃ niccaṃ paggaṇhāti. Dari penjelasan Spk, sepertinya ini<br />

adalah upacara lengkap yang mana nasi-susu yang manis dipersembahkan<br />

kepada Brahmā dengan disertai ritual pemanggilan.<br />

379. Spk: Jalan menuju Brahmā (brahmāpatha) adalah sebutan untuk<br />

empat jhāna. Hasil dari jhāna ini disebut jalan kehidupan (jivita-

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!