22.11.2014 Views

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

(26) Saṃyutta Nikāya<br />

“ajaran” tidak berhasil menyampaikan gagasan bahwa apa yang<br />

diajarkan oleh Sang Buddha sebagai Dhamma bukanlah suatu sistem<br />

pemikiran yang berasal dari diri-Nya sendiri melainkan prinsip dasar<br />

kebenaran, moralitas, dan kebebasan yang ditemukan dan diajarkan<br />

oleh semua Buddha sepanjang waktu yang tidak terhingga. Ini adalah<br />

Dhamma yang dijunjung oleh para Buddha di masa lampau, di masa<br />

sekarang, dan di masa depan, yang Mereka anggap sebagai standar<br />

dan penuntun Mereka (baca 6:2). Dari sudut pandang internal “pelaku<br />

sejarah”, Dhamma adalah lebih dari sekadar ajaran religius yang<br />

telah muncul pada suatu masa dari sejarah umat manusia. Dhamma<br />

adalah hukum tanpa-kenal-waktu yang mana kenyataan, kebenaran,<br />

dan kebajikan bergabung dalam satu kesatuan, dan juga ungkapan<br />

konseptual dari hukum ini dalam tubuh ajaran spiritual dan etika<br />

yang menuntun menuju tujuan tertinggi, Nibbāna, yang tersusun dari<br />

Dhamma. Akan tetapi, kata “Dhamma”, juga dapat menyiratkan ajaran<br />

yang menyimpang dari kebenaran, termasuk doktrin-doktrin keliru<br />

dari guru-guru “luar”. Demikianlah Guru Jain, Nigaṇṭha Nātaputta<br />

dikatakan “mengajarkan Dhamma kepada para murid-muridnya” (IV<br />

317,25) – tentu saja bukan ajaran Buddha.<br />

Dalam satu kalimat saya menerjemahkan Dhamma sebagai<br />

“kebajikan” (pada padanan Se dari IV 303,21). Ini adalah dalam hal<br />

gelar dhammarājā yang digunakan untuk seorang raja dunia, di mana<br />

“raja kebajikan” lebih tepat daripada “raja Dhamma,” yang menjadi<br />

gelar relatif bagi Sang Buddha. Kata sifat yang bersesuaian, dhammika,<br />

adalah “bajik.”<br />

Ketika dhamma muncul sebagai referensi umum, sering kali<br />

dalam bentuk jamak, saya biasanya menerjemahkan sebagai “segala<br />

sesuatu.” Karenanya, kata itu tidak mewakili makna sempit atas objek<br />

materi nyata melainkan termasuk secara literal segala-sesuatu, seperti<br />

kualitas-kualitas, praktik-praktik, tindakan-tindakan, dan hubunganhubungan.<br />

Dengan demikian empat faktor memasuki-arus adalah,<br />

sebagai dhamma, segala sesuatu; demikian pula dua belas faktor sebabakibat<br />

yang saling bergantungan, lima kelompok unsur kehidupan,<br />

enam pasang landasan indria, dan berbagai praktik yang menuntun<br />

menuju pencerahan. Jika digunakan dalam bentuk jamak, dhammā juga<br />

dapat berarti ajaran-ajaran, dan demikianlah saya menerjemahkannya

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!