22.11.2014 Views

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

(462) 1. Buku dengan Syair (Sagāthāvagga)<br />

MN No. 49, kecuali bahwa yang terakhir terjadi di Ukaṭṭha. Kisah<br />

dan syairnya membentuk Brahmā Baka Jataka (Ja No. 405). Nama<br />

brahmā ini berarti “bangau”, dalam tradisi India dianggap sebagai<br />

burung licik dan penuh muslihat.<br />

386. Spk mengemas kevalaṃ sebagai akaṇdaṃ sakalaṃ, “tidak rusak,<br />

utuh”, dan menjelaskan latar belakangnya sebagai berikut: Dalam<br />

kehidupan sebelumnya sebagai manusia, brahmā ini telah<br />

mengembangkan jhāna dan terlahir kembali di Alam Brahmā<br />

Vehapphala, alam jhāna keempat dengan umur kehidupan lima<br />

ratus kappa. Selanjutnya, ia terlahir kembali di Alam Brahmā<br />

Subhakiṇha, alam jhāna ketiga dengan umur kehidupan enam<br />

puluh empat kappa. Berikutnya, ia terlahir kembali di Alam<br />

Brahmā Abhassara, alam jhāna kedua dengan umur kehidupan<br />

delapan kappa. Kemudian ia terlahir kembali di alam jhāna pertama<br />

dengan umur kehidupan satu kappa. Awalnya, , ia mengingat<br />

kamma masa lampau dan alam kehidupannya sendiri, tetapi<br />

dengan berlalunya waktu, , ia melupakan keduanya dan menganut<br />

pandangan eternalis.<br />

387. Pāda a membaca: Dvāsattati Gotama puññakammā. Saya menerjemahkan<br />

sesuai dengan tulisan Spk: “Guru Gotama, kami tujuh<br />

puluh dua orang yang memiliki jasa baik [Spk-pṭ: yaitu pelaku<br />

perbuatan baik] telah terlahir kembali di sini karena kamma<br />

baik itu (bho Gotama mayaṃ dvasattati janā puññakammā [Spk-pṭ:<br />

puññakārino] tena puññakammena idha nibbattā.” Baik Spk maupun<br />

Spk-pṭ tidak memberikan petunjuk lebih jauh sehubungan<br />

dengan apa yang dirujuk oleh tujuh puluh dua itu. Saya dan Ee2<br />

membaca pāda c sebagai mengandung brahmapatti, bukannya<br />

brahmuppatti atau brahmupapatti dalam edisi lainnya.<br />

Spk mengemas abhijappanti dalam pāda d sebagai patthenti<br />

pihenti, “merindukan, menginginkan”. Ja III 359,25-29 menggunakan<br />

tiga kata kerja: “Banyak orang, dengan tangan dirangkapkan<br />

sebagai penghormatan, menyembah kami, merindukan<br />

kami, menginginkan kami (namassanti patthenti pihayanti), dengan<br />

berkata, ‘Ia adalah Yang Mulia Brahmā, Mahābrahmā,’ dan<br />

seterusnya. Mereka mengharapkan, ‘Oh, kami juga ingin menjadi<br />

seperti itu.’”

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!