22.11.2014 Views

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

(384) 1. Buku dengan Syair (Sagāthāvagga)<br />

penyamaran: Metamorfosa Semantik yang aneh dari kata Pāli<br />

Kitavā.”<br />

78. Spk: Mengapa Sang Buddha tersenyum? Dikatakan bahwa para<br />

deva itu tidak meminta maaf dengan cara yang sesuai dengan sifat<br />

sejati Sang Buddha (sabhāvena); mereka bersikap seolah-olah<br />

tidak ada perbedaan antara Sang Tathāgata, manusia tertinggi<br />

di dunia, dan kaum duniawi biasa. Sang Bhagavā tersenyum dengan<br />

tujuan: “Ketika diskusi muncul dari sini, Aku akan memperlihatkan<br />

kekuatan seorang Buddha dan selanjutnya Aku akan<br />

memaafkan mereka.”<br />

79. Dalam pāda d, saya mengikuti Se dalam membaca tenīdha, dan<br />

bukannya kenīdha dalam Be dan Ee1, dan ko nīdha dalam Ee2. Spk<br />

dan Spk-pṭ tidak memberikan bantuan sehubungan dengan arti<br />

dari syair ini. Saya menerjemahkan kusala di sini sesuai dengan<br />

kemasan Spk-pṭ, anavajja. Pada KS 1:35, syair ini tidak dianggap<br />

penting.<br />

80. Baris ini hilang hanya dalam Ee1, yang memberikan kesan bahwa<br />

syair berikutnya diucapkan oleh deva yang sama (dan demikianlah<br />

C.Rh.D menerjemahkannya).<br />

81. Syair ini identik dengan v. 104 kecuali bahwa dalam pāda d,<br />

sangā menggantikan dukkhā. Sehubungan dengan lima ikatan,<br />

baca n. 12.<br />

82. Sutta ini merupakan pembukaan Mahāsamaya Sutta (DN No. 20).<br />

Kisah yang melatarbelakangi diceritakan secara terperinci dalam<br />

Spk (juga dalam Sv II 672-77 dalam DN No.20), dimulai ketika<br />

Sang Buddha menengahi untuk mencegah pertempuran antara<br />

penduduk Sakya dan Koliya, sanak saudara-Nya dari pihak ayah<br />

dan ibu, yang memperebutkan air dari Sungai Rohini, setelah<br />

Beliau menengahi dengan memberikan solusi damai atas konflik<br />

itu, 250 pemuda dari masing-masing kelompok meninggalkan<br />

keduniawian di bawah-Nya menjadi bhikkhu. Setelah berusaha<br />

beberapa lama, mereka semuanya mencapai kesucian Arahat<br />

pada hari yang sama, hari purnama di bulan Jeṭṭhamūla (Mei-<br />

Juni). Ketika Sutta dimulai, pada malam yang sama, mereka berkumpul<br />

di hadapan Sang Guru untuk mengumumkan pencapa-

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!