22.11.2014 Views

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

(474) 1. Buku dengan Syair (Sagāthāvagga)<br />

444. Spk: Ia membicarakan seseorang yang memiliki “tiga pengetahuan”<br />

(tīhi vijjāhi) sehubungan dengan Tiga Veda. Dengan “kelahiran<br />

baik” (jatimā) yang ia maksudkan adalah kelahiran murni<br />

dalam tujuh generasi.<br />

445. Jawaban Sang Buddha merujuk pada tevijjā dari sistem ajaran-<br />

Nya sendiri: pāda a, pada pengetahuan mengingat kehidupan<br />

masa lampau; pāda b, pada mata deva, yaitu pengetahuan kematian<br />

dan kelahiran kembali makhluk-makhluk; dan pāda c, pada<br />

pengetahuan penghancuran noda-noda.<br />

446. Spk menuliskan gagasan di balik vv. 636-637 sebagai berikut:<br />

“Walaupun Aku berdiri dalam waktu yang lama menunggu dana<br />

makanan, engkau tidak akan memberikan bahkan sesendok<br />

pun; tetapi sekarang, setelah Aku mengungkapkan kualitaskualitas<br />

Buddha kepadamu seperti menebarkan biji wijen di atas<br />

tatakan, (engkau ingin memberi). Makanan ini diperoleh, dengan<br />

cara melantunkan nyanyian; oleh karena itu, karena telah<br />

‘dilantunkan dengan syair’ (gathābhigīta), maka tidaklah layak<br />

dimakan oleh-Ku. Karena prinsip demikian ada (dhamme sati),<br />

demi Dhamma, dibangun di atas Dhamma, para Buddha mempertahankan<br />

hidup-Nya. Ini adalah aturan perilaku para Buddha;<br />

ini adalah penghidupan para Buddha (esā vutti ayaṃ ājivo).<br />

Makanan demikian harus dibuang dan hanya apa yang diperoleh<br />

dengan benar yang boleh dimakan.<br />

Praktik Sang Buddha didiskusikan pada Mil 228-32. CPD (s.v.<br />

abhigīta) menyarankan alasan Sang Buddha menolak makanan<br />

demikian karena telah “dibacakan mantra”—oleh brahmana<br />

sewaktu melantunkan nyanyian pujian pengorbanan—tetapi<br />

bagi saya adalah meragukan bahwa Sang Buddha menolak karena<br />

alasan tersebut. Lebih jauh lagi, menurut MW, gāthā tidak<br />

digunakan sehubungan dengan syair-syair Veda, dan dengan demikian,<br />

di sini kata-kata tersebut kemungkinan besar merujuk<br />

pada syair-syair Sang Buddha sendiri.<br />

Spk tidak mengomentari tentang kevalinaṃ, “Yang Sempurna”,<br />

dalam pāda a, tetapi Pj II 153,9-10 (atas Sn 82) mengatakan:<br />

Kevalinan ti sabbaguṇaparipuṇṇaṃ sabbayogavisaṃyuttaṃ vā; “Se-

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!