22.11.2014 Views

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

3. Kosalasaṃyutta: Catatan Kaki (429)<br />

238. Spk: Ia tidak senang berpikir: “Saya mengangkat Ratu Mallikā<br />

dari keluarga miskin menjadi ratu. Jika melahirkan seorang putra,<br />

ia akan memperoleh kehormatan besar, tetapi sekarang ia<br />

kehilangan kesempatan itu.”<br />

Putri ini hampir dapat dipastikan adalah Putri Vajīri (baca MN<br />

II 110, 10-18), yang kelak menikah dengan Raja Ajātasattu dari<br />

Magadha setelah kedua raja itu berdamai. Pangeran Viḍūḍabha,<br />

pewaris tahta, dilahirkan oleh istri Pasenadi lainnya, Vāsabhākhattiyā,<br />

seorang putri Sakya dari keturunan campuran yang<br />

diserahkan kepada Pasenadi sebagai seorang putri berdarah<br />

murni. Viḍūḍabha kelak merampas tahta dan membiarkan ayahnya<br />

meninggal dunia dalam pengasingan. Ketika ia mengetahui<br />

bahwa para Sakya telah menipu ayahnya, ia membantai mereka<br />

dan nyaris membinasakan seluruh suku Sakya.<br />

239. Dalam pāda b, saya mengikuti Ee1 & 2 dalam membaca posā,<br />

“daripada seorang laki-laki,” walaupun Be dan Se, serta Spk,<br />

membaca posa, yang dikemas oleh Spk sebagai bentuk perintah<br />

posehi, “memelihara(nya).” Spk melihat perbandingan dengan<br />

seorang putera dalam seyyā: “Bahkan seorang perempuan<br />

mungkin lebih baik daripada seorang dungu, anak bodoh.” Dalam<br />

pāda d, sassudevā secara literal berarti “memperlakukan ibu<br />

mertua(nya) sebagai deva”; Spk menambahkan ayah mertua dalam<br />

kemasannya.<br />

240. Dalam pāda b, tidak dapat dipastikan dari teks apakah disampati<br />

adalah nominatif atau vokatif, tetapi saya mengikuti Sk, yang<br />

mengemasnya dengan vokatif disājeṭṭhaka. Dengan Be, Se, dan<br />

Ee1, saya membaca pāda d sebagai tādisā subhagiyā putto dan sesuai<br />

dengan Spk dengan menerjemahkan tādisā seolah-olah adalah<br />

kualitas genitif perempuan yang terpotong. Ee1 membaca<br />

tādiso yang menerangkan putto.<br />

241. Spk menjelaskan appamāda as kārāpaka-appamāda, “mengaktifkan<br />

ketekunan”, yang oleh Spk-pṭ dikatakan sebagai ketekunan<br />

yang memotivasi seseorang untuk melakukan tiga landasan perbuatan<br />

baik (memberi, moralitas, dan meditasi). Spk: Ketekunan,<br />

walaupun lokiya, namun masih merupakan yang tertinggi di

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!