22.11.2014 Views

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

6. Brahmasaṃyutta: Catatan Kaki (467)<br />

satu koṭi nahuta = satu ninnahuta; satu koṭi ninnahuta = satu abbuda;<br />

dua puluh abbuda = satu nirabbuda.<br />

410. Spk: Ketika masih muda, Pañcasikha mengembangkan jhāna<br />

dan terlahir kembali di alam brahmā. Karena ia mempertahankan<br />

penampilan seorang pemuda, mereka mengenalnya sebagai<br />

Kumara, tetapi karena usianya yang sudah tua ia disebut<br />

Sanaṅkumāra, “selalu muda”. Ia melakukan penampilan dramatis<br />

dalam DN II 210-19. Pada MN I 358,28-29, , Ānanda mengucapkan<br />

syair setelah ia memberikan analisa terperinci atas dua istilah,<br />

pengetahuan (vijja) dan perilaku (caraṇa).<br />

411. Spk mengatakan bahwa ini terjadi tidak lama setelah Devadatta<br />

menciptakan perpecahan dan pergi dari Hutan Bambu menuju<br />

Kepala Gayā; baca Vin II 199. Akan tetapi, dalam versi Vin, Sang<br />

Buddha mengucapkan syair ini, bukan setelah Devadatta menciptakan<br />

perpecahan, tetapi ketika ia memenangkan kekuasaan<br />

si pembunuh ayah, Raja Ajātasattu; baca Vin II 188.<br />

412. Perumpamaan ini dijelaskan pada 17:35, diikuti oleh syair yang<br />

sama. Cp. V. 383.<br />

413. Dalam pāda b, -vippamokhā dapat dipahami sebagai bentuk datif<br />

yang terpotong (Spk = -vippamokkhatthāya).<br />

414. Spk: Walaupun seseorang bergabung dengan Saṅgha. Ia seharusnya<br />

tidak berdiam di sana bergaul dengan umat-umat penyokongnya.<br />

Setelah membuat pikirannya terlatih, setelah meliputinya<br />

dengan kegembiraan dan kepuasan, ia seharusnya bertempat<br />

tinggal di tempat yang jauh. Pāda d dijelaskan: “Terbebas<br />

dari ketakutan saṃsāra, seseorang harus berdiam dalam kebebasan<br />

(vimutto)—yaitu, teguh pada (adhimutto hutvā)—keadaan<br />

tanpa ketakutan, Nibbāna.”<br />

415. Spk: Dengan ini, ia menjelaskan: “Bhagavā, seperti halnya Engkau<br />

saat ini duduk tanpa memperhatikan objek-objek menakutkan<br />

di sana, atau ular-ular, atau kilat dan halilintar, demikian<br />

pula para bhikkhu duduk ketika mereka berusaha.”<br />

416. Spk menjelaskan itihitaṃ dalam pāda b seolah-olah itu dipertimbangkan<br />

atau secara logika atau disimpulkan dari naskah kitab<br />

(idaṃ itiha itihā tin a takkahetu vā nayahetu vā piṭakasampadānena

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!