22.11.2014 Views

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

(34) Saṃyutta Nikāya<br />

kondisi kebebasan, parinibbāṅa menjadi pencapaian kondisi tersebut. 11<br />

Perbedaan ini tidak benar-benar sesuai untuk kata kerja, seperti yang<br />

kita temukan baik dalam kata parinibbāyati maupun nibbāyati yang<br />

digunakan untuk menyebutkan perbuatan mencapai kebebasan, tetapi<br />

sepertinya cukup baik sehubungan dengan kata benda. (Akan tetapi,<br />

dalam syair, kita kadang-kadang menemukan nibbāna digunakan<br />

untuk menunjukkan suatu kejadian, misalnya dalam kalinat pajjotass’<br />

eva nibbānaṃ pada v.612c.) Kata-kata yang berhubungan dengan baik<br />

nibbāna maupun parinibbāna menunjukkan baik pencapaian kebebasan<br />

selama hidup melalui pengalaman penerangan sempurna, maupun<br />

pencapaian kebebasan akhir dari kehidupan yang terkondisi melalui<br />

hancurnya jasmani pada saat kematian. Dengan demikian, misalnya,<br />

kata kerja parinibbāyati secara umum digunakan untuk menggambarkan<br />

bagaimana seorang bhikkhu mencapai kebebasan selagi masih hidup<br />

(misalnya, pada II 82,20; III 54,3; IV 23,8-9, dan sebagainya) dan juga<br />

menunjukkan wafatnya Sang Buddha atau seorang Arahanta (misalnya,<br />

pada I 158,23; V 161,25).<br />

Bentuk pasif, nibbuta dan parinibbuta, adalah dari akar kata yang<br />

lain daripada kata benda nibbāna dan parinibbāna. Nibbuta berasal dari<br />

nir+vr, sedangkan nibbuta berasal dari nir+vā. Kata benda yang sesuai<br />

dengan bentuk pasif adalah nibbuti, yang sering kali muncul dalam<br />

teks sebagai sinonim dari nibbāna tetapi dengan fungsi yang lebih<br />

memicu (ketenangan, kenyamanan, kedamaian) daripada sistematis.<br />

(Sepertinya tidak ada kata benda berawalan parinibbuti terdapat dalam<br />

Pāli.) Pada masa-masa awal kedua kata kerja ini bergabung, sehingga<br />

bentuk pasif parinibbuta menjadi kata keterangan standar yang<br />

digunakan untuk menunjukkan ia yang telah mencapai parinibbāna.<br />

Seperti halnya kata kerja, bentuk pasif digunakan untuk menerangkan<br />

baik Buddha hidup atau Arahanta (I 1,21, 187,8) dan yang telah<br />

wafat (I 122,13,158,24). Akan tetapi, mungkin parinibbuta digunakan<br />

sehubungan dengan Arahanta hanya dalam syair, sementara dalam<br />

prosa penggunaannya secara teknis terbatas pada seseorang yang<br />

telah meninggal dunia. Dalam penggunaan sutta, bahkan ketika kata<br />

benda parinibbāna berarti wafatnya seorang Arahanta (khususnya Sang<br />

Buddha), itu bukan berarti “Nibbāṅa setelah kematian.” Namun, lebih<br />

kepada peristiwa wafatnya seseorang yang telah mencapai Nibbāna<br />

selama kehidupannya.

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!