22.11.2014 Views

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

(334) 1. Buku dengan Syair (Sagāthāvagga)<br />

[Sakka:]<br />

895. “Seseorang harus berusaha<br />

Hingga tujuannya tercapai.<br />

Tujuan bersinar ketika dicapai,<br />

Tidak ada ditemukan yang lebih baik daripada kesabaran.” 626<br />

[Verocana:]<br />

896. “Semua makhluk condong pada suatu tujuan<br />

Di sana atau di sini sesuai situasinya,<br />

Tetapi semua pergaulan makhluk-makhluk<br />

Adalah yang tertinggi di antara kenikmatan-kenikmatan.<br />

Tujuan bersinar ketika dicapai:<br />

Ini adalah kata-kata Verocana.” 627 <br />

[Sakka:]<br />

897. “Semua makhluk condong pada suatu tujuan<br />

Di sana atau di sini sesuai situasinya,<br />

Tetapi semua pergaulan makhluk-makhluk<br />

Adalah yang tertinggi di antara kenikmatan-kenikmatan.<br />

Tujuan bersinar ketika dicapai,<br />

Tidak ada ditemukan yang lebih baik daripada kesabaran.”<br />

9 (9) Para Petapa di Sebuah Hutan<br />

Di Sāvatthī. “Para bhikkhu, suatu ketika di masa lampau, sejumlah<br />

petapa yang bermoral dan bersikap baik bertempat tinggal di gubukgubuk<br />

daun, di sebidang tanah, di dalam hutan. Kemudian Sakka, raja<br />

para deva, dan Vepacitti, raja para asura, mendekati para petapa itu.”<br />

“Vepacitti, raja para asura, mengenakan sepatunya, mengikat<br />

erat pedangnya, dan dengan memegang payung tinggi di atasnya,<br />

memasuki petapaan melalui gerbang utama; Kemudian, setelah<br />

menghadapkan sisi kirinya ke arah mereka, 628 ia berjalan melewati para<br />

petapa itu yang bermoral dan bersikap baik. Tetapi Sakka, raja para<br />

deva, melepaskan sepatunya, menyerahkan pedangnya kepada orang<br />

lain, menurunkan payungnya, dan memasuki petapaan melalui<br />

gerbang [biasa], kemudian ia berdiri di tempat teduh, merangkapkan<br />

tangan sebagai penghormatan, menghormati para petapa itu yang<br />

bermoral dan bersikap baik.”

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!