22.11.2014 Views

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Pendahuluan (57)<br />

Devadatta (6:12), dan muncul kembali pada saat Parinibbāna Sang<br />

Buddha, di mana ia melantunkan sebait syair dukacita (6:15). Ia juga<br />

akan muncul kembali dalam saṃyutta lain (di 11:17; 22:80, 47:18, 43;<br />

dan 48:57).<br />

Brahmā berjenis bodoh diwakili oleh Brahmā Baka, yang<br />

menganggap dirinya abadi dan harus dibebaskan dari pandangan ini<br />

oleh Sang Guru (6:4). Pada kesempatan lain, sesosok brahmā tanpa<br />

nama menganggap dirinya lebih superior daripada para Arahanta, dan<br />

Sang Buddha bersama empat siswa besar mengunjungi alamnya untuk<br />

mengubah pandangannya (6:5). Kita juga menyaksikan sebuah kontes<br />

antara brahmā yang lengah, keras kepala dengan keangkuhannya, dan<br />

dua temannya, pengikut Sang Buddha, yang melenyapkan ilusinya<br />

(6:6). Sutta ke dua terakhir menunjukkan satu siswa dari Buddha masa<br />

lampau Sikhī mengesankan seluruh kelompok brahmā yang sombong<br />

dengan memperlihatkan kekuatan batinnya (6:14). Saṃyutta ini<br />

juga menceritakan kisah sedih Bhikkhu Kokālika, seorang pengikut<br />

Devadatta, yang mencoba untuk memfitnah siswa utama Sāriputta dan<br />

Moggallāna dan terpaksa menerima akibat kamma dengan terlahir<br />

kembali di neraka (6:9-10). Sutta terakhir dalam koleksi ini, yang<br />

dimasukkan di sini hanya karena syair tunggal Brahmā Sahampati,<br />

adalah paralel dari peristiwa kematian yang terdapat dalam<br />

Mahāparinibbāna Sutta yang panjang dari Digha Nikāya.<br />

7. Brahmāṇasaṃyutta<br />

Saṃyutta ini, mencatat percakapan Sang Buddha dengan para<br />

brahmana, terdiri dari dua vagga, masing-masing dengan tema yang<br />

berbeda. Dalam yang pertama semua brahmana yang mendatangi<br />

Sang Buddha, sering kali dengan marah (7:1-4) atau dengan menghina<br />

(7:7-9), kemudian begitu tergerak oleh kata-kata Beliau sehingga<br />

mereka memohon penahbisan dan masuk ke dalam Saṅgha dan<br />

“tidak lama setelahnya” mencapai Kearahatan. Sutta-sutta ini<br />

memperlihatkan Sang Buddha sebagai penjelmaan kesabaran dan<br />

kedamaian, mampu bekerja, dalam diri mereka yang menyerang-Nya,<br />

keajaiban transformasi hanya dengan keseimbangan-Nya yang tidak<br />

tergoyahkan dan kebijaksanaan-Nya yang tanpa cela. Dalam vagga ini

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!