22.11.2014 Views

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

(390) 1. Buku dengan Syair (Sagāthāvagga)<br />

89.<br />

90.<br />

91.<br />

92.<br />

lampau dari akar yang sama, yang pertama kausatif dan yang<br />

lainnya sederhana, sehingga kata majemuk vāritavata berarti<br />

“terhalangi dan dihentikan” (sayangnya, dua kata kerja yang<br />

berbeda dalam Bahasa Inggris diperlukan untuk menangkap nuansa<br />

ini). Walaupun bentukan ini tidak umum. Tetapi juga tidak<br />

perlu ditolak, karena ini digunakan untuk penekanan tertentu.<br />

Jika tulisan gata diterima, vāritagata dapat berarti “pergi (untuk<br />

memperoleh) kendali,” dengan vārita dianggap sebagai kata<br />

benda keadaan. Ini tentu saja terdengar lebih alami daripada<br />

vāritavata, namun kelaziman vata dalam tradisi tekstual lebih<br />

kuat mendukung keabsahannya.<br />

Tidak jelas siapa yang mengucapkan bait ini, dan syair-syairnya<br />

sendiri tidak memiliki bukti yang berhubungan dengan bagian<br />

prosa sebelumnya dari sutta. Mungkin bait ini ditambahkan ke<br />

dalam prosa oleh redaktur kanon.<br />

Saya bersama dengan Be, Se, dan Ee2 membaca pāda a sebagai<br />

berikut: pañcavedā sataṃ samaṃ. Penyebutan lima Veda agak<br />

aneh, tetapi Spk menjelaskan: itihāsapañcamānaṃ vedānaṃ,<br />

“Veda dengan sejarahnya sebagai yang kelima.” Spk mengemas<br />

sataṃ samaṃ sebagai vassavataṃ; Geiger pasti keliru dalam<br />

menolak penjelasan ini (GermTr, p. 41, n. 3). Spk juga mengemas<br />

hīnattarūpā sebagai hīnattasabhavā dan menyebutkan sebuah<br />

variasi, hinatharūpā, dikemas oleh Spk-pṭ sebagai hinatthaātikā<br />

parihīnatthā, “mereka yang bertujuan rendah, mereka yang telah<br />

jatuh dari tujuannya”.<br />

Pajjuna (Skt Parjanya) adalah raja deva awan hujan, berasal dari<br />

dewa Veda, Spk menempatkannya pada surga dari Empat Raja<br />

Dewa. Ia disebut dalam DN III 205,6. Tidak ada hal lain yang diketahui<br />

sehubungan dengan dua putrinya, yang diberi nama dari<br />

teratai merah (baca v. 401a).<br />

Empat syair ini, dalam irama Ārya yang aneh, telah direkonstruksi<br />

oleh Alsdorf, Die Āryā-Strophen des Pāli-Kanons, p. 321.<br />

Spk maupun Spk-pṭ tidak memberikan bantuan sehubungan dengan<br />

bentuk tunggal sattassa dalam pāda a, tetapi saya mengambil<br />

adaptasi irama dari sattānaṃ. Sehingga baris itu mengungkapkan<br />

gagasan yang sama dengan 45:139 (V 41,23-42,2).

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!