22.11.2014 Views

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

8. Vaïgisasaüyutta: Catatan Kaki (489)<br />

496.<br />

niviṭṭhā). Penjelasan ini cacat dalam dua hal: (i) menafsirkan subjek<br />

sebagai vitakkā, pikiran, ketika Pāli menulis savitakkā, kata<br />

majemuk bahubbīhi menunjukkan orang dengan pikiran-pikiran;<br />

jika kita menganggap sa di sini mewakili Skt sva daripada saha,<br />

savitakkā berarti mereka yang dituntun oleh (atau penuh dengan)<br />

pikiran-pikiran mereka sendiri; (ii) menjelaskan saṭṭhi sebagai<br />

cha, enam, ketika dengan benar berarti enam puluh. Th III<br />

190, 28-31 menyebutkan pendapat yang dianut oleh para komentator<br />

bahwa saṭṭhisitā adalah suatu kiasan atas enam puluh dua<br />

pandangan dalam Brahmajāla Sutta, dan syair ini sebenarnya<br />

mengulangi perumpamaan penutup dalam sutta tersebut (DN<br />

I 45,25-27): “Bagaikan semua makhluk-makhluk laut besar terperangkap<br />

dalam jala nelayan, demikian pula semua pemikir<br />

spekulatif ini terperangkap dalam jala enam puluh dua kasus;<br />

di sini, mereka tertangkap ketika mereka keluar” (te imeh’ eva<br />

dvāsaṭṭhiyā vatthūhi antojālikatā ettha sitā va ummujjamānā ummujjanti).<br />

Dalam pāda c, vaggagatassa seharusnya dipisah vaggagato assa.<br />

Spk menganggap baris ini berarti bahwa seseorang seharusnya<br />

tidak bergabung dengan kelompok kekotoran (kilesavagga),<br />

tetapi saya memahaminya secara literal. Sesungguhnya, pada Sn<br />

371b, kita menemukan vaggagatesu na vaggasāri dhiro, “Di antara<br />

mereka yang cenderung mengelompok, yang bijaksana tidak<br />

mengikuti kelompok mana pun.” Pj II 365, 20-24 menjelaskan hal<br />

ini dengan rujukan pada enam puluh dua pandangan spekulatif,<br />

demikianlah hubungannya dengan syair ini. Sehubungan dengan<br />

hal ini, baca GD, p. 217, n. atas 371.<br />

Pāda d tertulis no pana duṭṭhulabhāni sa bhikkhu, yang dijelaskan<br />

oleh Spk-pṭ sebagai peringatan untuk tidak membicarakan<br />

kata-kata yang berhubungan dengan sensualitas<br />

(kāmapaṭisaṃyuttakathā). Th 1217 tertulis duṭṭhullagāhi, “Seseorang<br />

seharusnya tidak menggenggam apa yang cacat,” yang<br />

dijelaskan oleh Th-a sebagai merujuk pada menggenggam pandangan<br />

cacat.<br />

Spk mengidentifikasikan “kondisi damai” (dari pāda c) sebagai<br />

Nibbāna dan menuliskan pāda d sebagai berikut: “Padam

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!