22.11.2014 Views

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

7. Brāhmaṇasaṃyutta: Catatan Kaki (475)<br />

447.<br />

448.<br />

orang yang sempurna adalah seorang yang lengkap dalam segala<br />

kualitas baik atau seorang yang terbebas dari segala belenggu.”<br />

Spk II 276,32 – 277,1 (atas SN III 59,34) menjelaskan: kevalino ti<br />

sakalino katasabbakiccā; “Yang Sempurna adalah keseluruhan,<br />

mereka telah menyelesaikan semua tugas mereka.” Untuk pilihan<br />

lebih lanjut dari kalimat-kalimat yang relevan, baca GD, p.<br />

161, n. atas 82. Untuk refleksi atas maksud dari istilah tersebut,<br />

baca Ñāṇananda, SN-Anth 2:100-1.<br />

Spk menjelaskan kukkuccavūpasantaṃ sebagai berikut:<br />

hatthakukkuccādīnaṃ vasena vūpasantakukkuccaṃ; “Seorang yang<br />

penyesalannya telah ditenangkan dengan penenangan perilaku<br />

gelisah dengan tangan, dan sebagainya.” Di sini, kukkucca dipahami<br />

dalam makna literal “aktivitas buruk” atau “perilaku gelisah”<br />

daripada dalam makna luas gelisah dan khawatir, satu dari<br />

lima rintangan.<br />

Spk: Ini adalah pikirannya: “Bagian nasi-susu yang diletakkan<br />

dalam api telah dimakan oleh Mahābrahmā. Jika sisanya diberikan<br />

kepada seorang brahmana, seorang yang lahir dari mulut<br />

Brahmā, ayah dan putraku akan berbahagia dan aku akan berjalan<br />

menuju alam brahmā.” Baca Deussen, Sixty Upanisads of the<br />

Veda. 1:148: “Sisa (ucchisṭaṃ) dari persembahan, yaitu apa yang<br />

tertinggal dalam sendok, dalam panci, atau kendi, hanya boleh<br />

dimakan oleh seorang brāhmaṇa, bukan di rumahnya sendiri;<br />

kesatria atau vaisya tidak boleh memakannya.” Ini mengungkapkan<br />

mengapa brahmana itu, persis di bawah ini, begitu mementingkan<br />

kasta Sang Buddha.<br />

Api sesungguhnya dihasilkan dari kayu apa pun (kaṭṭhā have jāyati<br />

jātavedo). Spk: Intinya adalah: “Bukan hanya api yang dihasilkan<br />

dari kayu berjenis murni, seperti kayu pohon sal, yang dapat<br />

memenuhi fungsi api, dan tidak bagi api yang dihasilkan dari<br />

kayu palung makanan anjing, dan sebagainya, namun, dari pembakarannya,<br />

api yang dihasilkan dari kayu apa pun dapat melaksanakan<br />

fungsi api. Maka anda tidak seharusnya berpikir bahwa<br />

hanya seorang yang terlahir dalam keluarga brahmana yang<br />

layak menerima persembahan, tetapi tidak bagi seorang yang<br />

terlahir dari keluarga caṇḍala, dan sebagainya. Apakah dari ke-

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!