22.11.2014 Views

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

(422) 1. Buku dengan Syair (Sagāthāvagga)<br />

212.<br />

adalah Jenderal Viḍūḍabha yang akan dikenal melalui pemerintahannya<br />

sendiri. Mengapa aku harus duduk di tempat yang<br />

sama dengan para penipu pemakan-suap ini?” Inti yang pasti<br />

dari kalimat ini tidak jelas, dan baik Spk maupun Spk-pṭ tidak<br />

memberikan penjelasan tentang ini. Bhadramukha, “Wajah Baik”<br />

adalah istilah sayang (baca MN II 53,27, 210,11 foll.; Ja II 261,<br />

14; Vism 92,21), yang menurut Spk dan Spk-pṭ di sini merujuk<br />

pada Viḍūḍabbha, putra raja dan seorang jenderal. Akan tetapi,<br />

pada prolog atas Ja No. 465 (Ja IV 148-50) menceritakan bahwa<br />

jenderal Raja Pasenadi yang sebelumnya adalah seorang prajurit<br />

bernama Bandhula, yang menjalankan fungsi sebagai hakim ketika<br />

ia mengetahui bahwa petugas pengadilan telah menjadi korup.<br />

Dengan demikian, terlepas dari kemasan itu, adalah mungkin<br />

raja di sini menggunakan istilah itu dengan merujuk pada<br />

Bandhula dan bukannya putranya.<br />

Mallikā adalah seorang gadis penjual bunga miskin yang ditemui<br />

oleh Raja Pasenadi secara tidak sengaja setelah suatu kekalahan<br />

dalam peperangan. Raja jatuh cinta kepadanya, menikahinya,<br />

dan menunjuknya sebagai permaisurinya (baca prolog atas Ja<br />

No. 415).<br />

Spk: Raja mengajukan pertanyaan ini kepadanya dengan harapan<br />

bahwa ia akan menjawab, “Engkau lebih kusayangi daripada<br />

diriku,” dan kemudian membalas dengan pertanyaan yang sama<br />

kepadanya, yang kemudian ia akan menjawab dengan jawaban<br />

yang sama, sehingga mereka saling memperkuat cinta kasih<br />

mereka. Tetapi Mallikā, karena a bijaksana dan terpelajar, menjawab<br />

dengan sejujurnya (sarasen’ eva) dan raja juga menjawab<br />

dengan cara yang sama. Terjemahan attā sebagai jiwa pada KS<br />

1:101 adalah menyesatkan, walaupun ada usaha memperbaiki<br />

dalam catatan kaki yang disertakan. Sutta (termasuk syairnya)<br />

terdapat pada Ud 47, dengan syair yang digambarkan sebagai<br />

“ucapan inspiratif” (udāna).<br />

Percakapan antara Raja Pasenadi dengan Mallikā mengingatkan<br />

pada diskusi antara Petapa Yājñavalkya dan istrinya<br />

Maitreyī yang tercatat pada Brhadāraṇyaka Upanisad II.4.5 (juga<br />

pada IV.5.6): “Sesungguhnya, seorang suami bukanlah kekasih;

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!