20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Boe Kie mengawasi dengan mata tajam. Pada detik tubuh Boh Cit Hiap terpisah kira-kira<br />

empat kaki dari bumi, dengan menggunakan te<strong>naga</strong> dan gerakan Kian Koen Tay Lo Sin Kang<br />

paling tinggi, ia menepuk pinggang sang paman. Begitu “dimuntahkan sin kang memunahkan<br />

te<strong>naga</strong> jatuhnya cit hiap dan mendorongnya ke atas, sehingga tubuh pendekar itu mengapung<br />

ke atas kira-kira setombak tingginya.<br />

Te<strong>naga</strong> dalam Boh Seng Kok sudah pulih sebagian. Berbareng dengan mengapungnya, ia<br />

mengerahkan lweekang dan mengeluarkan ilmu ringan badan, sehingga di lain saat ia<br />

melayang ke bawah dan kedua kakinya hinggap di tanah dengan selamat. Tiba-tiba seorang<br />

boesoe menyerang. Dengan sekali menghantam, Boh Seng Kok sudah merobohkan<br />

pembokong itu. “toasoeko, jiesoeko, siesoeko! teriaknya dengan girang, “Lekas lompat!<br />

Berhasilnya Boh Seng Kok disambut dengan sorak sorai oleh semua jago yang sedang<br />

dikepung api. Sebagai seorang ayah yang sangat mencintai anaknya, Song Wan Kiauw<br />

berkata, “Ceng Soe, kau lompatlah lebih dahulu! sedari keluar dari kamar tahanan, Song Ceng<br />

Soe terus mendampingi Cioe Cie Jiak. Mendengar anjuran ayahnya, ia segera berkata kepada<br />

si nona, “Cioe Kouw Nio, kau lebih dahulu.<br />

Cie Jiak menggelengkan kepala, “aku tunggu soehoe, katanya.<br />

Sementara itu, satu demi satu tokoh-tokoh keenam partai melompat turun dengan disambut<br />

Boe Kie. Sebagai ahli-ahli silat kelas utama, biarpun te<strong>naga</strong> dalam mereka baru pulih<br />

sebagian, mereka sudah bukan tandingan boesoe biasa. Boh Seng Kok dan yang lain-lain<br />

segera merampas senjata dan mereka berdiri di seputar Boe Kie untuk melindungi pemuda itu<br />

dalam menyambut orang-orang yang melompat turun. Kaki tangan Ong Po Po yang coba<br />

menyerang Boe Kie dengan mudah dipukul mundur. Setiap orang melompat turun berarti<br />

penambahan te<strong>naga</strong> bagi pihak Boe Kie. Sedari ditangkap, dikurung, dan dihina bahkan ada<br />

beberapa orang yang diputuskan jari-jari tangannya. Sakit hati mereka bertumpuk-tumpuk.<br />

Sekarang mereka mendapat kesempatan untuk melampiaskan sakit hati itu. Mereka berkelahi<br />

bagaikan harimau edan dan dalam sekejab, berpuluh-puluh boesoe sudah menggeletak tanpa<br />

bernyawa.<br />

Melihat bahaya, Ong Po Po segera berkata, “panggil pasukan anak panah yang menjadi<br />

pengawal pribadiku!<br />

Tapi sebelum Ali Chewa berlaku untuk menjalankan perintah itu, sekonyong-konyong di<br />

sebelah tenggara terlihat api yang berkobar-kobar. Ali Chewa terkejut, “Siauw Ong Ya!<br />

katanya, “Ong Hoe kebakaran! Kita harus melindungi Ong Ya.<br />

Ong Po Po mengangguk, “adikku, katanya kepada Tio Beng. “Aku pulang lebih dulu. Kau<br />

harus berhati-hati. Tanpa menunggu jawaban, ia mengedut les kuda dan segera berangkat<br />

dengan dilindungi oleh sejumlah pengiring.<br />

Berlalunya Ong Po Po berarti berlalunya Thian Hoan Sip Pat Po dan sejumlah boesoe.<br />

Melihat kebakaran di gedung Ong Hoe, boesoe lainnya yang masih bertempur juga tidak bisa<br />

berkelahi dengan hati tenang.<br />

Dengan cepat, terutama setelah turunnya tokoh-tokoh Siauw Lim Sie, keadaan jadi berubah.<br />

Pihak Boe Kie jadi lebih kuat. Tio Beng tahu, jika ia bertahan lebih lama lagi, ia sendiri bisa<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 1001

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!