20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

akan segera mengundurkan diri. Aku sedikitpun tak kemaruk akan kekayaan dan kedudukan<br />

tinggi."<br />

Pheng Eng Giok tertawa. "Kauwcoe mempunyai kepandaian dan kebijaksanaan yang jarang<br />

tandingan" katanya, "Kalau waktunya tiba andaikata Kauwcoe mau menolak, Kauwcoe<br />

takkan bisa menolak. Dahulu, Tio Kong In pun belum pernah mimpi akan menjadi kaisar." (<br />

Ti Kong In adalah, pertama dari kerajaan Song)<br />

„Tidak bisa!“ kata Boe Kie. „Bila dalam usaha ini hatiku bercabang dan mempunyai anganangan<br />

untuk keuntungan pribadi, biarlah langit dan bumi mengutuk aku, biarlah aku mati<br />

secara tidak baik!“<br />

Mendengar penolakan yang disertai sumpah itu, paras muka Cie Jiak lantas saja berubah. Ia<br />

melongok keluar jendela dan berkata, „Pemimpin Beng Kauw menjadi kaisar bukan kejadian<br />

yang terlalu luar biasa. Dahulu ayahku mengangkat diri sendiri sebagai raja. Kalau berhasil,<br />

bukankah ayah sudah menjadi Hong-tee?“<br />

"Ya, hanya sayang Cioe Coe Ong Cioe Soeheng gagal dalam usahanya,“ kata Pheng Eng giok<br />

dengan suara duka. „Kalau berhasil, Cioe Kouwnio sudah menjadi Kong coe Nio-nio.“<br />

Cie Jiak tertawa dingin. “Mm!....." Ia mengeluarkan suara di hidung. „Apakah keistimewaan<br />

Koen coe dari Jie-lam ong? Tapi toh ada yang mengawasinya tanpa berkedip dan mendewidewikannya.<br />

Kalau aku jadi lelaki dan aku mau menikah dengan keluarga kaisar sendiri, kalau<br />

bisa menjadi Hoe-ma barulah boleh dibuat bangga. (Hoe ma adalah Menantu lelaki dari<br />

seorang kaisar)<br />

Pheng Eng Giok dan Han Lim Jie yang menafsirkan perkataan Cie Jiak sebagai guyonan,<br />

lantas saja tertawa terbahak-bahak. Tapi Boe Kie sendiri bukan main rasa jengahnya. „Cie-<br />

Jiak sangat halus budi pekerti, tapi mengapa ha ri ini ia mengeluarkan kata-kata itu?"<br />

pikirnya.<br />

"Mungkin sekali waktu tadi aku mengawasi Tio Kouwnio, Cie Jiak merasa tak senang. Tapi...<br />

ah! ... Perkataannya itu hanya membuktikan kecintaannya terhadapku."<br />

Sementara itu Pheng Eng Giok melaporkan hasil-hasil gerakan Beng Kauw dalam<br />

keseluruhannya. Ia mengatakan bahwa biarpun sering juga menderita kekalahan di medan<br />

perang tapi te<strong>naga</strong> kekuatan Beng kauw makin lama jadi makin besar! Hanya sayang dalam<br />

Rimba Persilatan masih terdapat partai-partai yang merasa jelus atau mengiri, persatuan yang<br />

sempurna belum tercapai. Maka itu kata Pheng Eng Giok alangkah baiknya jika bisa diadakan<br />

pertemuan dan musyawarah besar antara orang-orang gagah Rimba Persilatan. Apabila<br />

tercapai persatuan yang kokoh, maka usaha mengusir Tat-coe pasti akan terwujud.<br />

"Taysoe benar," kata Boe Kie. "Nanti sesudah bertemu dengan Yo-CoSoe, kita akan berdamai<br />

lebih jauh."<br />

Sesudah makan malam Boe Kie berkata, "Aku dan Pheng Taysoe ingin jalan-jalan sambil<br />

mendengar-dengar halnya Giehoe." Ia menengok kepada Han Lim Jie dan berkata pula: "Han<br />

Heng-tee, kau dan Cie Jiak tak usah mengikut. Kalian mengaso saja." Ia tidak mau mengajak<br />

Han Lim Jie sebab kuatir saudara yang berangasan itu menerbitkan onar.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 1227

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!