20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Alis si nona berkerut. "Kau terlalu kepala batu." katanya. "Sudahlah! Aku tak akan<br />

memperdulikan kau lagi." Ia memutar badan, tapi diam-diam ia melirik Boe Kie lagi.<br />

Si nenek bersenyum. "A lee," katanya, "dipulau kita, kau seorang diri, tak punya kawan. Apa<br />

tidak baik kalau kita bawa dia kesana, supaya dia bisa menemani kau? Hanya adatnya tidak<br />

begitu bagus."<br />

Si nona yang dipanggil "A-lee" menepuk-nepuk tangan dan berkata dengan girang. "Bagus<br />

kita bawa dia kesana. Kalau dia membandel, bukankah Popo bisa mencari jalan untuk<br />

menaklukinya?"<br />

Mendengar pembicaraan itu, Boe Kie jadi bingung.<br />

Si nenek manggut-manggutkan kepalanya seraya berkata. "Kau ikut aku. Lebih dulu kita cari<br />

seorang dan aku ingin melakukan suatu pekerjaan. Sesudah itu, kita pulang ke pulau Leng coa<br />

to."<br />

"Tidak! Kamu bukan orang baik-baik." kata Boe Kie dengan gusar.<br />

Si nenek bersenyum. "Kau sungguh goblok," katanya, "Di pulau kami, kau bisa mendapatkan<br />

apapun jua. Makanan yang lezat, tempat bermain, pemandangan indah yang belum pernah<br />

dilihat oleh mu. Anak baik, sudahlah, kau jangan rewel dan ikutlah Popo."<br />

Tiba-tiba Boe hie memutar badan dan terus lari. Tapi baru dua tiga tindak, si nenek sudah<br />

menghadang didepannya. "Nak, kau tak akan bisa melarikan diri." katanya dengan suara<br />

lemah lembut. "Ikutilah aku baik-baik, jangan sampai di paksa."<br />

Boe Kie melompat dan kabur kejurusan lain tapi seperti juga tadi, baru setindak dua, Kim Hoa<br />

Popo sudah mencegat pula. Dengan gusar Boe Kie meninju. Si nenek mengegos sambil<br />

meniup tinja yang menyambar. Di tiup begitu, Boe Kie merasa tangannya seperti disayat<br />

pisau.<br />

Sekonyong-konyong terdengar teriakan nyaring. "Boe Kie Koko !" Suara itu ialah suara Yo<br />

Poet Hwie yang muncul dari dalam hutan sambil berlari-lari, diikuti oleh ibunya dari<br />

belakang.<br />

Melihat Kim Hoa Popo, paras muka Siauw Hoe lantas raja berubah pucat. Tapi dengan<br />

memberanikan hati, ia berkata dengan suara gemetar: "Popo, kau tidak akan mencelakakan<br />

anak-anak kecil bukan ?"<br />

Si nenek mendelik. "Kau masih belum mati?" tanyanya dengan suara dingin, "Jangan campur<br />

campur urusanku. <strong>Mar</strong>i... <strong>Mar</strong>i... Aku mau lihat, mengapa kau belum mati."<br />

Siauw Hoe sebenarnya berhati tabah. Tapi dalam menghadapi lawan berat dan karena<br />

memikirkan keselamatan puterinya, ia sungkan menerjang bahaya.<br />

Maka itu, seraya menarik tangan puterinya, ia mundur setindak. "Boe Kie kemari," katanya<br />

dengan suara perlahan.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 482

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!